Rabu, 15 Juni 2011

Kumpulan Naskah Drama

Ane share kumpulan naskah drama mahasisiwa Universitas PGRI Palembang, FKIP Bahasa Indonesia. Ane berani nge-share ma temen2 karena ane juga ikut andil dalam pengumpulan naslah drama ini...hehehe

Nih Ane tak bagi... klik aja baca selengkapnya




Debu Jalanan Metropolitan
( Oleh: Rizky Amalia2008112177 )

Panggung mencerminkan taman kota dimalam hari penuh dengan gemerlap lampu-lampu jalan berwarna kuning dan lampu taman berwarna-warni namun tampak sepi, hanya beberapa pejalan kaki yang dengan gegas melangkah ingin segera pulang dan pedagang minuman keras ala kampung di warungya. Tapi suasana sunyi itu tak menyurutkan niat dua orang ini yang memang mencari nafkah dimalam hari.

Jambret : Agh.....ngantuk nih. Mana gak ada orang yang lewat.
Banci : Aduh cin.Please deh! Masih sore gini udah ngantuk (
dengan gerakan tanganya yang lentik )
Jambret : Wajar aja kalo gua ngantuk. Coba lu liat tuh jalan sepi
banget, gak ada orang idup yang lewat , gimana gua bisa
dapetin pulus ni malam , masak gua nyambret orang mati.
Banci : Ih abang jangan ngomongin yang seyem-seyem duong.
Jambret : Lah benerkan? Gak ada orang lewat kan? Tuh lu liat
jalanan pada sepi. Kali cuma kuntilanak atau gak, pocong
yang bakal keluar. Dapet juga paling daon.( menyeruput
rokoknya )
Banci : Udah dong bang!
Jambret : Ngapa sih lu? Takut amat! Gitu aja.
Banci : Abang .! Udah bang. Eke kan atut( langsung memeluk
jambret )
Jambret : Wei wei wei. Ngapain lu? Jauh sana jijik gua dekat ma lu (
seraya membuang rangkulan banci )

Banci bukan melepas rangkulanya tapi malah makin erat memeluk jambret. Tiba-tiba tanpa mereka sadari ada beberapa orang berseragam kuning kecoklatan menyergap mereka.

Sat Pol PP I : Hah...! mau kemana kalian!
Sat Pol PP II : Ketangkep basah hah!
Sat Pol PP I : Jangan lari! Jangan coba-coba untuk kabur.
Sat Pol PP II : Kalian ini ! malam-malam seperti ini buat mesum di pinggir
jalan.
Sat Pol PP I : Iya.! Apa yang kalian lakukan tadi hah? Cepat ikut !
Sat Pol PP II : Ayo ikut kami. Naik ke mobil cepat!
Jambret : Eh Pak tunggu bentar! Main cangking aja ni Bapak.
Sat Pol PP I : Jangan coba untuk melawan ya kamu! Ayo ikut kami. Kamu
itu sudah menggangu ketertiban umum. Ini jalan! Bukan
tempat berciuman.
Sat Pol PP II : Sudah jangan banyak omong kamu! Ayo ikut!
Jambret : Eh Pak tunggu dulu ! Enak aja mau dibawa gua. Siapa juga
yang ciuman ma ni banci. Megang aja gua udah merinding
Pak! Apalagi mau kissing ma ni orang..Wehh (
memperagakan seolah sedang muntah )
Sat Pol PP I : Lah jadi yang tadi apa? Kamu mau menipu saya hah!
Banci : Aduh Bapak...jangan galak-galak dong. Eke kan gak
ngapa-ngapain . Eke berani sumpah disamber kupu-kupu
deh Pak.
Jambret : Eh banci! Cepet lu ngomong ma ni Bapak-bapak biar kita
gak ditangkep.

Selagi kedua Sat Pol PP itu sedang meladeni ocehan banci, Jambret dengan kilat berlari melarikan diri dari mereka.
Sat Pol PP I : Heih! Kamu mau kabur !
( langsung berlari mengejar
jambret )
Tanpa sadar, kedua Sat Pol PP itu mengabaikan banci. Melihat kesempatan emas ini banci pun dengan cepat melepas sepatu highheels nya dan langsung berlari sambil memegang sepatunya.

Banci : Aduh eke mau kemana nih? ke bawah gorong-gorong itu
aja ah. Eke mawar sembunyi bok disandang. Kali-kali aja
gak ketemu.Hihihik...

Sementara itu jambret lari dengan terbirit-birit , dia terus berlari menghindari kejaran Sat Pol PP. Dia tak takut menyebrangi jalan yang banyak dilalui mobil dan kendaraan lain.
Jambret : Hooh...huuh...hooh...huh ( dengan nafas yang tak
beraturan ). Gua mesti kabur ni. Jangan sampe gua
ketangkep. Mau makan apa istri gua yang lagi hamil (
berlari sambil menghayalkan istrinya di rumah menanti
dirinya pulang)

Istri Jambret saat ini sedang mengandung buah hati pertama mereka yang telah sepuluh tahun dinanti sejak pertama kali menikah. Walau ia orang yang kasar dan sangar ,tapi Jambret sangat mencintai istrinya. Ia telah bertekad apapun akan dilakukan untuk sekedar membuat istrinya tersenyum ketika Jambret sampai di rumah sehabis pulang bekerja.

Sat Pol PP II : Pak.! Itu dia.
Sat Pol PP I : Ayo Tangkap cepat ! ( menambah kecepatan berlari )
Jambret terus berlari melewati mobil-mobil yang
melintasinya.
Jambret : Gua gak boleh ketangkep. Gua harus kabur dari mereka.
Tunggu aku Bu ( masih terus berlari sambil sedikit
meneteskan airmata )

DUBRAK! .Suasana kemudian sejenak tiba-tiba hening. Jambret tertabrak Truk.

Sat Pol PP I : Astaga! Pria itu tertabrak. Cepat panggil ambulance.
Cepat! ( dengan sedikit menghardik )
Sat Pol PP II : Iya, iya Pak.

Selang lima belas menit kemudian mobil ambulance datang. Tim medis mengangkat tubuh Jambret yang penuh cucuran darah kental nan merah yang tak henti mengucur terutama dari bagian kepalanya.
Banci : Oh my ghost. Abang! Kenapa abang jadi begini?
Banci ternyata melihat kejadian tersebut. Dia tidak berani untuk keluar dari persembunyianya. Dia hanya bisa menangis dari balik gorong-gorong itu dan melihat mobil ambulance semakin jauh meninggalkan tempat kejadian dan hanya menyisakan bunyi sirine yang sebentar lagi benar-benar lenyap.
Banci : Koq jadi gini sih? Eke harus mengabarkan musibah ini ke
istrinya , walau ini pasti akan sangat berat bagi dese. Tapi
eke gak punya pilihan lain.

Istri Jambret segera pergi ke rumah sakit setelah mendengar kabar dari banci. Banci yang tidak tega melihat Istri Jambret yang tergopoh-gopoh membawa perut yang sebentar lagi akan melahirkan. Dan banci pun merasa sangat bersalah atas kejadian ini, dia seperti orang yang paling tepat untuk disalahkan.
Istri : Dimana suamiku? Dimana? Suster dimana suamiku
Suster? ( meraung-raung menangis tak karuan ).
Banci : Suster, dimana ruangan tempat korban kecelakaan mobil
sejam yang lalu Sus?
Suster : Baik . Di ruangan paling ujung dari sini Bu. ( sambil
menunjuk ruangan dengan ibu jari )
Banci : Terimakasih banyak Sus.
Istri : Ayo kita cepat kesana. Oh suamiku Ya Allah.
Banci : Ayo. ( mereka berlari kecil menuju ruangan yang ditunjuk )

Mereka sudah sampai di ruangan paling ujung dari tempat Suster tersebut berdiri tadi. Mereka saling menatap dan diam untuk beberapa saat.
Banci : Ini kan kamar mayat?
Istri : Mana ruangan suamiku dirawat? Dimana?
Banci : Tidak ada ruangan lain disini, ini satu-satu nya ruangan di
sudut jalan ini ( berbicara lemah dan lemas )
Istri : Tidak ! tidak mungkin! Ini pasti main-mainkan? Tidak...!
( berteriak dengan sekuat tenaga sampai terjatuh perlahan
kelantai.

Istri Jambret pingsan dan tak sadarkan diri hingga dua hari. Ia melewatkan proses pemakaman satu-satunya orang yang dia miliki saat ini. Orang yang sangat dia cintai dan panuti. Lalu ia bangun.

Istri : Aku sangat menyesal atas semua ini. Kenapa kau pergi
meninggalkan aku Bang. Aku tak punya siapa-siapa lagi di
dunia ini. Aku ingin kau kembali Bang.
Banci : Sudah. Ikhlaskan, kita semua berat melepasnya tapi kita
tak bisa berkehendak lain bila takdir berkata.
Istri : Kau siapa ? ( dengan raut wajah keheranan )
Banci : Ini aku,banci. Aku sangat menyesal atas musibah yang kita
alami . Aku ingin kembali ke kodrat ku sebagai pria. Aku
akan mencoba menjadi orang yang baik dan bertanggung
jawab. Semoga aku cepat berubah karena aku punya niat
yang baik terhadapmu.
Istri : Itu benar kau yang semalam? Ahh...Aku sekarang tak
punya siapa-siapa lagi. Aku hanya mempunyai anak yang
ditinggalkan suamiku yang sebentar lagi akan aku besarkan .
Banci : Aku akan berusaha untuk selalu membantumu. Karena aku
telah berjanji pada diriku sendiri untuk menebus kesalahan
terbesar dalam hidupku.

Banci menceritakan semua hal tentang kejadian pada malam musibah tersebut. Ternyata Istri Jambret tak pernah tahu jika suaminya adalah seorang tukang jambret. Dia tahu jika suaminya bekerja sebagai petugas keamanan malam, makanya kerjanya malam hari. Banci akhirnya menemani Istri Jambret dalam keadaan berduka . Ia akan menebus dosa nya kepada almarhum Jambret.








Cinta Fitri di PGRI
(Oleh : Alvian Kurniawan 2008112193)

Di Pelataran Kampus PGRI yang indah,

Miska : “(Sambil berjalan didepan kelas) “Bew, Pening palak aku. Perasaan muko aku ne la cantik tiada tara pecak Dinda kanya Dewi. Tapi ngapolah sampe mak ini ari Farel dak pernah galak samo aku?”
Fais : “Nah cacam, bibik ini ngerotok. Makonyo, jadi wong tu ye jangan galak nolak rezeki.Jadi keno sial kan?”
Miska: “Rezeki? Maksod kau apo?”
Fais: “Pecak dak tau, atau emang dak tau kau ini?”
Miska: “Bew. Payolah dak usah betele-tele. Apo dio maksud kau tu? Ku goco kau gek !” (sambil ngenggam tangan)
Fais : “Mati kau, cantik-cantik mak ini dak taunyo sanggar seni !”
Miska : (Mendekati Fais) “Neee, kau ne ku goco nean !”
Fais : “Ampun.. ampun.. Jangan sadis-sadis bik! Belum jadi bini aku beh la KDRK.” (Kekerasan Dalam Ruang Kelas).
Miska : “Kau pulo. Pagi-pagi la ngeringami aku. Apo dio maksud kau tadi tu yang nolak rezeki?”
Fais “Macem mak ini bik, Kau kan tau kalo ado budak di kelas ini yang La cinta mati nean samo kau. Mano belagak pulo pecak Shandi syarif. Tapi kau dak galak samo dio. Malah kau mati matian ngejar cinto Farel yang dak seberapo itu.”
Miska (begaya seperti mau muntah) “Shandy Syarif? Maksudnyo kau? Bew. Najis tralala trilili nian.nag muntah aku!. Sekarang, aku nak nanyo, apo dio kelebihan kau tu?”
Fais (sambil mikir) “Ahaaa.. adolah,. Tau dak? Mak aku ne keturunan konglomerat. Harto bendanyo dak bakal sekarat sampai tujuh keturunan.”
Miska (penasaran) “Nah ngapo kau melarat?, sedangkan uji kau mak kau konglomerat.”
Fais “He..he (sambil menggaruk-ngaruk kepala), masalahnyo aku ne anak ke delapan. Jadi mak inilah aku sekarang !”
Miska (sambil ketawa) “Haha.. Fais.. Fais.. nasib samo muko kok dak jauh beda! Hahaha….”

Saat Miska dan Fais lagi bersiru ria debat. Tiba-tiba seperti biasanya nampak ibu Amalia Hutama menghantarkan anak kesayangannya (Farel) ke dalam kelas.

Ibu Amalia “Anak malas jangan dihukum, Assalamualaikum..”
Miska “Ayda aydi, siapo sih ganggu pagi-pagi ini? (sambil menoleh), oh maaf tante, tadi kiroi siapo? Dak taunyo calon mertuo!”
Ibu Amalia “Iss, dak usah sok baek. Aku ne galak nonton cinta fitri di SCTV Jadi aku tu tau kau tu wong jahat.”
Miska “(Sambil mendekati ibu Amalia) “Ya ampun tante, itukan di TV. Kalau dikampus idaklah tante. Malahan aku ne sebenarnyo alim.Wong lain yang biasonyo sholat 5 waktu sehari. Lha aku 7 waktu lho tante, maksudnyo 7 waktu dalam setahun.seperti waktu shalat idul fitri, idul adha, taraweh pertamo, taraweh terakhir, waktu ado tes ngembek nilai tugas sholat, 2x nyo pas ado aa’ Farel di Masjid jadi aku ikut Sholat.”
Ibu Amalia “Ya ara, dak memperbaiki keturunan. Farel beh sholat jarang nean. Eh calon istrinyo cak kau. Apo kabar naseb cucungku agek?”
Farel “(Sambil menutup muka) “Aidah mami nih, jangan diomongi kalo Farel nih jarang Shalat.Jamal deh (Jadi Malu).”
Ibu Amalia “Ya ampun… cup..cup..cup, maafin mami cayang e! lupo kalo cayang ini pernah pesen jangan ngomong-ngomong kalo cayang ne shalatnya setahun duo kali.”
Farel “(Sambil memukul-mukul ibu amalia) “Aaa, mami nih ditambah kasih taunyo kalo farel shalatnyo 2 x setahun.”
Ibu Amalia “(sambil memukul jidatnya) “Ya ampun lupa cayang!”
Fais “(melihat Miska dan mengejek) “Haha.. itu cowok yang kau taksir bew bolehlah manjonyo. Dak kebayang bae pas la nikah agek. Pacak beli kasur yang lebar. Secaro dipucuk kasur agek ado kau, Farel, samo maknyo. Hahaha”
Miska “Faisssssssssssssssssssssssssssssss…..”

Miska pun akhirnyo ngejer Fais, dan Ibu Amalia Hutama pun meninggalkan Farel. Di dalam kelas. Pas Farel tinggal dewekan tibo-tibo muncul seseorang yang maraki mereka.

Fitri “Permisi mas, nak pesan jamu? Disini ado jamu gendong spesial dari mbah Surip.dijamin bagi yang minumnyo akan mengakibatkan bagun tidur, tidur lagi.”
Farel “Aaa.. si mbak biso bae.. disini katek yang jual susu mbak yo? susu yang di wadahi mami di bos tempat minum Farel tadi tumpah.sekarang Farel aus nean.”
Fitri “Nah.. mas ne biso bae. Di sini mano ado yang jual susu. Itu barang illegal mas. Dak boleh diperdagangkan secara bebas.”
Farel “Oh cak itu, yolah.. kalo dak ketemu susu manis tapi dak apolah kalu ketemu adek yang manis ne. namonyo siapo?”
Fitri (sambil tersenyum malu) “Ah si mas ini biso bae, namo adek fi…….”

Belum selesai fitri ngenjok tahu namanyo. Tiba-tiba datanglah seorang Security…. dan tibo-tibo…

Security “Uy tukang jamu ! siapo nyuruh kao masok kampus ini?”

Ndenger teriakan Security itu akhirnyo Fitri pun lari terbirit-birit. Sampai dak sadar kalau sendalnyo lepas sikok. Singkat cerito Farel sampai dak galak balek dari kampus itu, dio ngancam maminyo kalau dak nemuke Fitri dio dak galak keluar dari kelas itu. Dipikiran Farel saat ini Cuma mikirke tukang jamu tersebut. Dio ibaratnyo la mengalami cinto pada pandangan pertamo. Hingga akhirnyo,Maminyo si Amalia Hutama melakukan sayembara di depan kelas itu; siapo wanita yang kakinyo pas dengan sandal itu. Mako dio nak di jodohke samo Farel. Mengetahui informasi tersebut, tentunyo Miska menjadi kontestan pertamo yang Melok sayembara itu.

Miska “Permisi tante Amalia Hutama, aku nak melok sayembara ini!”
Ibu Amelia “Jangan ngarep ye. Jingok nho kaki kao besak mak itu mano nak cukup masok di sandal ini!”
Miska “Payolah tante, jangan sentimen terus samo calon menantu cak aku ne.”
Ibu Amalia “Aydem, dak usah banyak cingcong pake-pakelah!” (dengan nada kesal)

Akhirnyo Miska pun nyobonyo, tapi ternyato ukuran kakinyo cukup terlalu besak samo cak dusonyo..

Ibu Amalia “Hahaha, Uy Miska Kaki kau tu melambangkan duso kau!”
Miska “Tenang tante, sebentar lagi aku balek kesini. Aku pasti balek kesini dengan ukuran kaki yang lebih ramping.”
Ibu Amalia “Sampai lebaran monyet pun kaki kau dak bakal ramping!”
Miska “Ay tante neh nyumpai aku.”
Ibu Amalia “Jadi nak ngapo kao? Dak seneng ?”
Miska : “Oh.. Seneng kok tante!”

Sayembarapun telah berlangsung selamo duo minggu. Tapi, dak katek sikok pun wanita yang kakinyo cocok dengan sandal itu. Farel tetap bersikeras dak galak keluar dari kelas itu. Karno kampus itu punyo Amalia Hutama, jadi perihal pekaro cak itu nyebabke kampus diliburke. Nah duo minggu kemudian.

Ibu Amalia “Ayda aydy, Ngapolah jodoh anakku farel ini susah nean?
atau gara-gara farel ne hobi nian nyanyi lagu wali yang cari jodoh itu ye?duh mano la siang, mano panas, tandus, ga ada bus, mampus, tenggorokanku haus.”

Dak lamo kemudian, lewatlah seorang perempuan penjual jamu…

Fitri “Jamu… jamu…jamu tak gendong… kemana-mana”
Ibu Amalia “Nah ado jamu, kebetulan haus. Jamuuuuuuuuu…..”
Fitri “Jamu buk?”
Ibu Amalia “Iyolah jamu, madaki baju. Wong kau jualnyo jamu.”

Fitri “Haha, ibu ne biso nian,”
Ibu Amalia (dengan senyum) “Ado jamu apo bae mbak?”
Fitri “Ado jamu tak gendong, ado jamu bangun tidur,…”
Ibu Amalia “Itu jamu apo kaset album mbah surip?”
Fitri (sambil ketawa) “Jamulah buk, madaki kaset. Wong aku jual jamu.”
Ibu Amalia “Pacak nian mbak ini?”
Fitri “Ibuk jugo pacak nian kalo penesan!” (sambil ngenjokke segelas jamu).
Fitri “Ini ado apo sih buk, kok ado tulisannyo sayembara jodoh di depan kelas?”
Ibu Amalia “Ini nah, anak ibuk tu pengen dicarike jodoh samo wong yang kakinyo muat dengan sandal ini.”
Fitri (sambil penasaran) “Sandal cakmano?”
Ibu Amalia (sambil mengeluarkan sandal tersebut), “Sandal ini nho mbak!”
Fitri : (kaget) “Astaga, itukan sandal aku yang lepas waktu aku jualan di
Duo minggu lalu itu di depan kelas ini!”
Ibu Amalia (kaget) “Madaki? Kalau cak itu cubo mbak ini nyubo sandal ini!”
Fitri (ngembek sandal iti), “Aku cubo buk yo?”

Kaget bin ajaib. Sandal itu muat dikaki Fitri… akhirnyo ibu Amalia pun berteriak…

Ibu Amalia “Fareeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeellllll !!!”
Farel (tergopoh-gopoh) “Ngapo mami, ngejuti bae. Farel tu lagi makan berger di kelas ini.”
Ibu Amalia “Sayang, mami sudah ketemu pasangan yang kau cari-cari selamo ini ! mbak ini jodohmu!”
Farel “(melihat Fitri ) “Iyo mi, cewek inilah yang aku cari. Ayolah mi. lamar dio sekarang!”
Ibu Amalia “Nak, galak dak anak tu nikah samo anakku?”
Fitri (tersenyum sambil mengangguk) “Iyo buk!”
Ibu Amalia “Alhamdulillah..”
Farel “Namo mbak siapo?”
Fitri “Namo ku Fitri, eh bukan aku Shireen, tapi jugo galak dipanggil Sungkar.”
Farel “Yang mano yang bener?”
Fitri (geleng-geleng) “Dag tau!”
Farel “Kok cak itu?”

Tibo-tibo ado duo wong bebaju putih datang maraki mereka…

Petugas 1 “Fitri… ikut bapak yuk!”
Fitri (sambil ngeberontak) “Dak galak.. dak galak..”
Petugas 2 “Ayolah.. teman-temanmu kangen pengen main samo Fitri!”
Ibu Amalia “Ini ado apo pak?”
Petugas 1 “Begini buk, Fitri ini pasien kami yang minggat dari rumah sakit. semenjak usaha jamunya bangkrut dio jadi cak ini.”
Farel “Ha? Jadi… jadi..dio.. dio… dio…Bruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuk (Farel pun pingsan).
Ibu Amalia : “Fareeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeelllllllllllllll.”
Fitri : “Horeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee !!!”

















Amplop Coklat
(Oleh : Mawar Kusmiati 2008112171)

Siang yang begitu cerah, satu keluarga yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung, seperti biasa beristirahat di kolong jembatan, disanalah tempat tinggal mereka sekeluarga. Satu keluarga ini terdiri dari ibu dan dua anak, sedangkan ayah dari anak mereka sudah meninggal dunia 2 tahun silam.

Ibu : “Assalamm’alaikum, mana adikmu ton?” (sambil menaruh
keranjang dan Sapu lidinya).
Anton : “Wa’alaikumsalam, ada bu’. Itu lagi tidur dari tadi nanyain ibu.”
Ibu : “kenapa kamu tidak tidur ton?”
Anton : “Anton ngak ngantuk bu, anton sengaja nuggu ibu pulang. Ibu
Sudah makan?”
Ibu : (sambil tersenyum) “Ibu sengaja belum makan, dan ini ibu
sengaja belikan nasi bungkus. Cepat bangunkan adikmu ton!”

Anton bergegas membangunkan adiknya, karena dia tahu pasti adiknya seneng sekali melihat makanan hari ini.

Astri “Hmmmm, (sambil mengeliatkan badanya) ibu sudah pulang ya kak?”
Anton “Ya, sudah pulang dari tadi dan membawakan nasi untuk kita.”
Ibu “Sini nak, kita makan sama-sama!”

Keluarga kecil ini dengan lahapnya menyantap rezeki siang itu berkat hasil keringat ibunya dengan menjual barang-barang bekas dari yang dia dapatkan di tempat sampah.

Keesok harinya, seperti biasa ibu narti pergi dengan terlebih dahulu mempersiapkan keranjangnya dan tidak lupa amplop coklat yang ia temukan pada saat mencari barang bekas di salah satu pem,buangan sampah di pinggir salah satu kota besar.

Ibu : “Nak, ibu berangkat kerja dulu yah. Kamu jaga adikmu ya ton! (sambil mengelus-ngelus dahi keduan anaknya yang masih terlelap tidur.”
Anton “Cepat sekali bu?”
Ibu “Ibu mau ke suatu tempat dulu, ada yang mau ibu cari.Assalamu’alakum”
Anton “Wa’alaikumsalam”.(memandang ibunya dari kejauhan sampai Tidak terlihat lagi olehnya)

Setibanya di salah satu rumah yang besar, ibu lastri langsung mendekatinya.

Ibu “Subhanallah, besar sekali rumah ini?” (melihat kearah rumah tersebut)
Satpam “Maaf bu’, bu’..bu’…Ibu cari siapa?”
Ibu “Eh, anu pak. Anu…saya mau anu….Eh, maksudnya saya mau tanya apa benar alamat yang ada di amplop ini dan rumah ini alamatnya?” (memberikan amplop besar kepada satpam)
Satpam “Ini benar sekali bu’, kebetulan sekali ibu yati ada di dalam dan beliau kehilangan amplop penting ini kemarin. Mari masuk bu’ saya antar!
Ibu “Aduh, saya takut pak. Saya ini hanya membawakan, saya tidak mencurinya, betul pak saya berani sumpah.” (dengan raut wajah yang ketakutan)

Satpam (tersenyum), “Kenapa ibu mesti takut? Ayo bu’ masuk!”
Ibu “Benar pak, ngak apa-apa?”
Satpam “Iyaaaa bu’, saya jamin ngak bakal apa-apa.” (berjalan bersama ibu narti) Ayo bu’.!!”

Sesampainya didepan rumah, ibu narti melepaskan keranjangnya.

Ibu “Subhannallah, rumah ini besar sekali.(wajah sumringga) Tapi kok sepi sekali?” (Tanyanya dalam hati)

Satpampun langsung memanggil majikannya, dan ibu yati langsung keluar kamar.

Satpam “Saya permisi ke pos dulu bu’” (berkata pada majikannya)

Ibu yati “Ya, (menganggukkan kepala)Apa benar ibu yang menemukan amplop ini?”
Ibu “I…iya benar bu’, saya tidak sengaja menemukannya ketika mau pulang kerja.”
Ibu yati “Kalau boleh saya tahu, apa pekerjaan ibu? Mari kita duduk dulu, sambil mengobrol-ngobrol!!” (mendekati kearah kursi)
Ibu “Wah, terimah kasih sekali bu, tapi saya buru-buru.” (dengan rasa gelisah)
Ibu yati “Ahhh, tidak apa-apa bu, saya mau berterimah kasih sama ibu karena ibu sudah mau mengembalikan arsip penting ini. Saya sudah hampir stress, karena sata tidak tahu lagi harus mencari kemana lagi dan arsip ini benar-benar penting buat saya.”
Ibu “Saya bekerja menjadi pemulung bu, saya tinggal di bawah jembatan di seberang sana bersama kedua anak saya.” (menundukkan kepala)
Ibu yati “Ibu jangan malu, itu juga pekerjaan yang halal.” (mengelus bahu ibu narti)Ini bu’, ada sdikit rezeki buat ibu. Ini sebagai ucapan terimah kasih saya kepada ibu dan tolong ibu terima!” (memberikan sejumlah uang)
Ibu “Oh, ngak usah bu’ saya juga tidak mengharapkan apapun dari ibu.”
Ibu yati “Terimah bu’, ini rezeki untuk ibu!!!”
Ibu “Ya, terimah kasih bu’” (dengan keragu-raguan)

Berjalan keluar rumah dan meniggalkan rumah ibu yati dengan hati yang senang

Ibu : alhamdilillah, terimah kasih ya allah. Engkau telah memberikan rezeki Mu (memegang uang sambil berlinangan air mata)









ARTI SAHABAT
(Oleh : Revie Melta Sari 2008 112 166 )

Bintang yang setia pada malam, begitu pula kesetiaan embun menemani pagi. Matahari yang tak pernah lelah terangi dunia ini. Seperti itulah persahabatan, selalu setia tanpa diminta. Saling mengerti tanpa harus memohon. Tak ada satupun orang di dunia ini yang hidup tanpa persahabatan, persahabatan adalah kisah terindah yang tak terlupakan bagi setiap insan yang pernah merasakannya. Luna, Satrya, Olive, Bondan dan Meta sedang duduk bergerombol bersama. Mereka mengobrol, bernyanyi sambil sesekali tertawa lantang, saling menjahili satu sama lain. Sungguh seperti sebuah keluarga yang harmonis.
Karena merasa iri hati, Lexa dan Tita yang tak mempunyai banyak teman datang untuk mengacaukan suasana.

Lexa “Idih…!! suara pas-pasan aja sok mau nyanyi! Diem aja deh mendingan,” (dengan wajah menghina)
Bondan “Eh.. suka-suka dong! Kayak suara kamu aja yang paling enak, KD kalah cempreng tuu!”

Semua anak di tempat itu tertawa keras, kecuali Lexa dan Tita yang rautnya berubah menjadi tak karuan. Bondan dan kawan-kawannya pun melanjutkan obrolan mereka lagi tanpa menghiraukan Lexa dan Tita.

Lexa dan Tita (pergi meninggalkn tempat dengan wajah berlipat
Bondan “Hmm.. sorry fren, aku balik duluan ya? Ada janji buat latihan, maklum mau ada konser amal kecil-kecilan gitu..”
Meta “Duh, sibuknya! Ya udah buruan berangkat, ati-ati!” (sambil melambai-lambaikan tangan)
Olive “Waduh.. panggilan alam nih, aku ke toilet dulu yah..? (buru-buru meninggalkan anak-anak yang lain)
Luna “Hmm, dateng lagi deh ‘langganannya’! Dasar gak berubah.. haha..”(menggeleng-gelengkan kepala)
Meta “Hahaha, biasa lah, Na. Kalo nggak gitu, bukan Olive namanya,”
Luna “Eh, haus nih.. minum es enak kali ya??”
Satrya “Iya juga ya. Oke kalo gitu aku beli es dulu ya, tunggu di sini aja sama Meta,” (berlalu pergi meninggalkan Luna dan Meta)
Meta “Na.. sebenernya beberapa bulan ini ada yang beda dari aku, aku udah nggak bisa nyembunyiin ini semua. Dan menurutku cuma kamu yang bisa jaga rahasia ini.”
Luna “Rahasia? Cerita aja, Ta.. kita kan temenan udah lama. Lagian aku udah siap kok buat jadi pendengar yang baik,” (berusaha meyakinkan Meta)

Tanpa mereka sadari, Satrya berdiri di kejauhan dengan beberapa bungkus es di tangannya. Satrya melihat Luna dan Meta sedang asyik bercerita, dan mengurungkan niatnya untuk menghampiri mereka. Ia melamun. Dan saat tersadar dari lamunannya, ia menuju Meta dan Luna, dan tersentak ia terkejut mendengar ucapan Meta.

Meta “Aku.. su—ka Bondan!!” (dengan terbata-bata)
Satrya “Hah..?! Meta suka Bondan??” (berkata lirih)Kebetulan Olive juga sudah datang.
Olive “Hah?!” (datang tiba-tiba dan mendengar ucapan Meta yang membuatnya kesal)

Di saat itu pula pertengkaran terjadi.

Luna “Eh, kalian udah pada balik!” (sambil tersenyum dengan sapaan halus)
Olive “Ta.. serius kamu suka Bondan??”
Meta “Hmm.. ngomong apa sih, kamu..? (pura-pura tidak tahu)
Olive “Halah..!! gak usah bo’ong deh.. aku denger kok!” (dengan nada agak tinggi)
Luna “Kamu salah denger, kali?” (berusaha menengahi)

Olive “Ta, kayaknya kamu juga harus tahu! Aku suka ama Bondan udah lama banget, kamu nggak boleh gitu dong!! Kayak nggak ada yang lain aja?!” (marah-marah)
Satrya “Heh udah diem semua!!” (berusaha menandingi nada tinggi Olive dan Meta)
Meta “Oh gitu ya?! Berarti kamu tuh yang ngerebut gebetan temen sendiri, kamu aja yang naksir ama cowok laen, ngapain pake nyuruh aku??” (balik marah)

Keadaan semakin parah karena tidak ada yang mau mengalah.
Luna “Udah, udah… jangan bertengkar cuma gara-gara masalah cowok!” (berusaha melerai)
Satrya “Kita udah temenan lama, jangan sampai semua rusak cuma karena masalah sepele kayak gini!” (berkata paling bijak)
Olive (meninggalkan teman-temannya dan pergi menyendiri)

Sialnya, dua orang yang sangat membenci Bondan cs mengetahui perkara ini. Alexa memanfaatkan keadaan ini untuk menghancurkan persahabatan mereka berlima. Dengan satu-satunya teman setia yaitu Tita, mereka mempengaruhi
Olive supaya memusuhi dan membenci semua sahabatnya itu.

Olive (duduk termenung, sendiri, dan terdiam)
Alexa “Ehm.. kok cemberut sih??” (berusaha menarik simpati Olive)
Tita “Ada masalah ya, Liv?”
Olive “Katanya sahabat, masak harus naksir cowok yang sama?! Bete banget, kan??” (berkata dengan nada ketus)
Lexa “Sabar aja deh. Mending sementara nggak usah temenan deh sama mereka. Nanti kan jadi saingan yang nggak sehat!”(merayu)
Tita “Iya, bener tuh,” (meyakinkan Olive)

Olive “Gitu, ya..?”
Lexa “Gini aja, mending mulai sekarang kamu gabung ama kita berdua. Nanti kita akan bantu kamu ngalahin si Meta gingsul itu!”
Tita “Iya, bener, Liv. Kita bela kamu kok”

Olive “Emang boleh..??”

Tita dan Lexa: “Ya boleh, lah!!”

Olive hanya tersenyum, entah benar atau tidak keputusannya ini, dia tidak begitu peduli saat itu.












BOS KU YANG ARIF
(Oleh : Kiki Winajayanti 2008112199)


ADEGAN 1
(Pagi-pagi pegawai 2 (Iin) datang ketempat kerjanya. Seperti biasa, setiap pagi para pegawai melakukan pembersihan terlebih dahulu. Dengan rasa kesal Iin kerjakan semua pekerjaan itu sambil ngomel-ngomel sendiri, karena pegawai yang lain belum ada yang datang).

Iin “Aidem, budak-budak ni kemano lah. Males-males nian kawan aku ne. Awak la siang, capek aku ne bersih-bersih dewekan.”

(Kemudian pegawai 3 (Ari) datang)

Ari “Asalamualaikum cek?”
Iin (Iin menjawab dengan suara keras dan jengkel). “Walaikumsalam. Cepet lah bantui, capek aku ni lelet nian kau tu. mano Jeri samo Joe?”
Ari “Ngapo In pagi-pagi la marah-marah? kagek cantiknyo ilang lo. Dak tau aku Joe samo jery, masih tedok kali mereka tu.”

(Kemudian pegawai 1 dan 4 (Joe dan Jery) datang, dengan sikap yang santai dan tanpa merasa bersalah)

Iin “Ne kau ini dateng la siang, Senge-senge pulok. Nak mintak diocehi dulu apo? Cubo wong tu dateng begawe pagi-pagi dikit, mako lemak kito begawenyo.”
Jery “Iyo Joe dengeri senior tu ngomong.”
Joe “Awak kau jugo, nak nyalahke aku bae.”
Iin “Sudah-sudah, rebut bae kalian ne, kagek ado bos dimarahi kito.”
ADEGAN 2
(Setelah selesai pembersihan, para pelanggan DJ Net mulai banyak yang
datang)

Pelanggan 1 “Kak nyoloi plase disk dimano?”
Jery “Yo dek tunggu denget.”
Jery (Berjalan mendekati pelanggan 1) Disini na dek, sini kakak colok i.
Pelanggan 1 “Makasi kak.”
Pelanggan 2 “Kak tolong editin tugas aku ini kak!”

(Pelanggan 2 menjelaskan kepada Joe tentang tugas yang akan diedit, kemudian Joe mengedit tugasnya).

Joe “Dek ini la selesai. Nak langsung diprint dak?”
Pelanggan 2 “Iyo kak sekalian print ke.”
Joe (Joe mengeprin tugas-tugas pelanggan 2) “Na dek. Galo-galonyo 130 lembar, tadi yang diedit banyak jadi hargonyo Rp.145.000. bayarnyo ke ayuk itu.”
(Joe sambil menunjuk kearah Iin).

(Pelanggan 2 berjalan kearah Iin, kemudian memberikan hasil tugas yang sudah diprint untuk dihitung lagi. Tapi setelah dihitung, harganya lebih mahal dari harga yang dikatakan oleh Joe).

Pelanggan 2 “Yuk itung lah ini berapo?”
Iin (Sambil menunjukkan kalkulator) “Dek galo-galonyo Rp.197.000.”
Pelanggan 2 (Dengan kaget dan heran) “Ha...Mahal nian. Loh cak mano sih yuk tadi kato Joe Rp 145.000, kok sekarang Rp.!97.000 yang bener yang mano? Asak dak percayo ku panggilke kakak yang ngedit tadi.”
Pelanggan 2 (Sambil menunjuk Joe) “Kak....Kak....hoi kak Joe sini dulu.”
Joe “Ado apo dek?”
Pelanggan 2 “Kakak tadi ngomong hargo ngeditnyo Rp.147.000 kan?”
Iin “Joe kau ne cak mano ngitungnyo? Yang ngeprintnyo la kau itung belum?”
Joe “O....iyo in lupo aku ngitungnyo.”
Joe (Kemudian Joe menjelaskan kepada pelanggan 2) “Oi dek sory nian yo tadi yang ngeprint lom keitung. Jadi hargonyo bener kato Iin Rp.197.000.”
Pelanggan 2 : (Pelanggan 2 dengan mata berkaca-kaca mengeluarkan uang dari sakunya dan berkata) Aidah, duek aku la abes gara-gara tugas ini. Emang dosen aku ni nyikso nian, mano duek pas-pasan terus belum dapet kiriman pulok.”

(Pelanggan 2 pulang sambil menangis. Ketika akan membuka pintu, Bos datang dan melihat pelanggannya menangis kemudian bos bertanya kepada pelanggan)

Bos “Kenapa dek kamu nangis? Ada masalah ya, apa gara-gara pegawai disini?”

(Pelanggan 2 tetap diam sambil menangis. Kemudian bos bertanya pada Iin).

Bos “Ada apa ini in?”
Iin “Dak katek bos. Duek dio abes karno banyak tugas. Jadinyo dio nangis.”
Jeri (Dengan tertawa mengejek)”Ha...ha..asak katek duek dak usah kuliah bae dek, apo idak tugasnyo ditulis tangan bae.”

(Pelanggan 2 menangis makin keras dan bos menasehati semua pegawai dengan tegas).

Bos “Sekarang kumpul semua, dengarkan apa yang akan saya bicarakan. ”Jangan pernah mengecewakan atau menghina pelanggan. Posisi pelanggan lebih terhormat dari pada posisi kalian disini. Pelanggan itu bagaikan raja, jadi kalian harus memberikan perlakuan yang baik kepada mereka”. Kalian tau itu?
Semua pegawai: Iyo pak, kami ngerti dan kami tau kami salah.
Bos Ya sudah kerja lah lagi.”
(Bos masuk keruangannya, pelanggan pulang dan pegawai bekerja lagi)














BATU MENANGIS
(Oleh : Evi Dama Yanti 2008112182)

Di sebuah desa terpencil,hiduplah sebuah keluarga yang sangat sederhana.kebahagiaan ini terasa sempurna ketika mereka di karuniai seorang putri.bernama Putri Larasati,sejak lahir ia telah memiliki paras yang sangat cantik jelita.setiap orang yang melihatnya pasti akan terpesona melihat kecantikannya.tetapi hati putri larasati tidak secantik wajahnya karena dia memiliki sifat yang sangat sombonh,angkuh dan suka pamer.setiap ada lelaki yang ingin mendekatinya,ia selalu menghina laki-laki tersebut hingga membuat setiap laki-laki takut untuk mendekatinya.orang tuanya pun sangat memanjakannya sehingga membuat dia keras kepala apapun yang menjadi keinginannya harus di penuhi tanpa terkecuali.membuat orang tuanya kewalahan menghadapi semua tingkah lakunya dan akhirnya Tuhan pun mengazabnya menjadi sebuah batu yang tak henti-henti mengeluarkan air mata.

Bapak “Istriku,hari ini aku telah menjual hasil kebun dan sawah kita,alhamdulilah hasilnya cukup banyak.aku ingin sekali mengajak kau dan putri kita satu-satunya pergi ke kota untuk jalan-jalan.”
Ibu “Baiklah suamiku aku sangat setuju sekali ,apalagi kita belum pernah mengajak putri kita pergi jalan-jalan ke kota. Bapak :ya sudah,kalau begitu aku ingin bicara dengan putri kita dimana dia istriku? Tolong kau panggilkan.”
Ibu “Putri… putri… keluar dulu nak dari kamar,ada yang ingin dibicarakan ayahmu.”
Putri “Ya bu tunggu sebentar,ada apa ayah memanggilku?apa yang ayah ingin katakan padaku?”
Bapak “Begini putriku ,kau kan sudah meranjak remaja,ayah ingin sekali mengajakmu jalan-jalan kekota dan kau bebas mau membeli apa saja.”
Putri “Benarkah ayah? Putri senang sekali,ayo kita pergi sekarang saja ayah?”(tersenyum sambil memeluk tubuh ayahnya)
Bapak “Tidak putriku,kita perginya besok pagi saja.”
Putri “Baiklah ayah”
Ibu “Suamiku,kau jangan terlalu memanjakan anak kita,aku takut suatu saat dia akan melawan kita.”

“keesokan harinya mereka pun pergi ke kota”

Putri “ Ayah,aku ingin sekali masuk gedung yang besar itu.
Bapak : Ooo….. itu namanya mall,tempat orang yang kaya berbelanja.
Putri : kita kesana saja ayah,ayolah…?
Bapak : iya.. iya putriku, kita akan kesana.

“Ketika memasuki mall tersebut,putri langsung saja melihat ada gaun yang sangat bagus sekali”

Putri “Ayah gaun itu sangat bagus sekali ,aku ingin membeli itu ayah?

Lalu ayahnya pun membelikan gaun itu untuk anaknya dengan harga yang sangat mahal sekali.

Bapak “Gimana anakku kau senang tidk dengan gaun itu?”
Putri “Senang sekali ayah,pasti orang-orang di desa tak ada yang memiliki baju sepertiku?terima kasih ayah.
Ibu “Suamiku,mengapa kau belikan dia gaun itu? Harganya kan sangat mahal sekali.
Bapak “Tidak apa istriku, itu kan cuma sekali-sekali bukan tiap hari.
Putri “Ayah,perutku sangat lapar sekali,kita makan di restoran itu saja.pasti makanannya enak semua?
Ibu “Putri anakku ,makanan di restoran itu sangat mahal sekali. Bagaimana kalau kita makan di tempat lain saja?”
Putri “Tidak mau… putri maunya makan di restoran itu,ayah ayolah?”
Bapak “Baiklah anakku kita makan di sana saja. Setelah makan di restoran yang mahal,putripun melihat ada sepati kaca berwarna merah yang sangat bagus sekali”
Putri “Ayah ayo kita ke toko sepatu itu,aku ingin membeli sepatu ayah.soalnya sepatuku sudah buruk semua.
Bapak “Ya sudah kau pilihlah, mana yang paling kau suka?”
Putri “Asyikkk…”
Ibu “Suamiku,jangan terlalu kau manjakan dia,aku takut suatu saat dia tidak akan merubah sifatnya inanjanya ini.”
Bapak “Tidak istriku,aku hanya ingin membahagiakannya saja.”
Putri “Ayah.. ayah… putri senang sekali dengan sepayu kaca yang berwarna merah ini.”
Bapak “Ya,tapi kita tanya dulu denga pelayan toko ini.mas –mas berapa harga sepatu kaca yang berwarna merah ini?”
Pelayan : “Oo.. sepatu itu harganya Rp.150.000,-“
Bapak “Tidak kurang mas?”
Pelayan : “Itu harga pas pak?”
Putri “Ya sudah ayah,ayo beli saja?”
Bapak “Nanti anakku,ayah ingin menghitung uang ayah dulu masih cukup apa tidak?
Putri “Ya sudah cepat hitunglah.”
bu “Suamiku,mahal sekali harga sepatu kaca itu,bagaimana kalau nanti saja kita beli sepatu itu?aku takut uang kita habis.”
Bapak “Kau benar istriku,uang di sakuku tinggal Rp.100.000,- kalau begitu nanti saja aku membelikan putri sepatu kaca itu.
Putri “Bagaimana ayah? Cukup kan uangnya?”
Bapak “Tidak putriku,uang ayah tinggal Rp.100.000,- hanya cukup untuk ongkos kita pulang.bagaimana kalau besok saja kita belinya?”
Putri “Tapi ayah,putri inginnya sekarang !” (dengan suara membentak)
Bapak “Sudah nak,besok saja uang ayah sudah tak cukup lagi.ayah janji ayah pasti membelikanmu sepatu kaca itu.”
Putri “Awas kalau ayah sampai bohong ,putri tidak akan percaya dengan ayah lagi.”

“mereka sekeluargapun pulang kerumah,tapi putri masih tetap merengek-rengek untuk di belikan sepatu itu,akhirnya ayahnya pun berhutang uang dengan tetangganya dan malam itu juga langsung pergi ke kota”

Ibu “Suamiku,hari sudah larut malam,bagaimana kalau besok pagi saja kau ka kota.aku takut terjadi apa-apa denganmu di jalan.”
Bapak “Tidak istriku,aku berangkat sekarang saja dan besok pagi aku akan segera pulang.kau doakan saja agar aku selamat sampai t tujuan.”
Ibu “Ya sudah kalau itu memang inginmu,hati-hati saja dijalan.
Bapak “Putri anakku,kau jangan menangis lagi.ayah akan segera membelikanmu sepatu kaca itu.”
Putri “Iya ayah.”

“takdir berkata lain,di pertengahan hutan hujan turun deras ayahnya terpeleset dan akhirnya jatuh ke jurang tetapi ini tak juga merubah sifat keras kepala anaknya walau dia hanya tinggal bersama ibunya ia sangat bertambah manja,apapun kehendaknya harus di kabulkan tanpa terkecuali. Lima tahun kemudian,ia telah menjadi seorang gadis yang sangat cantik umurnya sudah 17 tahun”

Putri “Ibu… kesini sebentar,ada yang ingin ku katakan padamu..bu,aku kan sudah gadis sekarang aku ingin sekali membeli perhiasan,kalung dan gelang emas.ibu mau kan membelikanku?”
Ibu “Tapi putri ,ibu tidak punya uang sebanyak itu untuk membelikanmu kalung dan gelang emas.kita sudah bisa makan sehari- hari saja ibu sudah bersyukur dengan gusti Allah.”
Putri “Aku tahu itu bu,maksudku kita jual saja kebun dan sawah peninggalan almarhum ayah?”
Ibu “Tapi anakku,kalau kita jual sawah dan kebun bagaimana kita bisa makan sehari- hari?”
Putri “Sudah bu,turuti saja kamauanku ini.”
Ibu “Baiklah kalau itu maumu.(dengan hati terpaksa)

Setelah kebun dan sawah peninggalan ayahnya di jual,ibunya pun menumpang disawah milik orang lain dan hasilnya pun bagi dua dengan pemilik sawah tersebut.ini di lakukan ibunya karena putri telah berjanji padanya tidak akan minta apa-apa lagi. Di desa itu memang putri gadis yang paling cantik tetapi orang di desa juga sudah tahu dengan sifat putri yang sangat melawan ibunya,suatu ketika ia mendengar omongan tetangganya yang mengatakan putri anak durhaka.

Tetangga 1 “Itu tu… si putri anak durhaka yang suka memaksakan kehendaknya pada orang tuanya.padahal untuk makan saja ibunya susah payah bekerja sedangkan dia hanya bisa bergaya saja.”(sambil melihat wajah putri)
Tetangga 2 “Iya ya,benar sekali katamu… ternyata wajahnya saja cantik tetapi hatinya jelek.mendingan seperti kita walau wajah kita tidak begitu cantik tapi hati kita bersih.”(sambil tertawa melihat putri)
Putri ”Dasar kalian ya,iri sekali melihat orang.

“karena kesal dan tak tahan mendengar omngan dari tetangganya akhirnya putripun mengajak ibunya untuk pindah ke kota”

Putri “Bu kita pindah saja dari desa ini,soalnya semua orang di desa ini iri melihatku?”
Ibu Tapi nak kita mau tinggal dimana?”
Putri “Ibukan ada adik di sana,ya untuk sementara kita tinggal di rumah paman saja.putri mohon bu??? (sambil memelas membujuk ibunya.”

“akhirnya mereka berduapun pergi ke kota dan melewati sebuah hutan yang terkenal angker”

Putri “Cepat bu jalannya,kalau lambat seperti ini bisa- bisa malam baru kita keluar dari hutan ini.”
Ibu “Iya putri,tapi bawaan ibu banyak sekali ibu capek nak,bagaimana kalau kita istirahat sebentar?”
Putri “Ya sudah kalau begitu”

“ lima belas menit kemudian mereka pun melanjutkan perjalanannya”

Putri “Aduh.. ibu ini sudah istirahat tapi tetap saja jalannya lambat sekali.cepat bu.”.(sambil mendorong tubuh ibunya sampai- sampai ibunya pun tersungkur)
Ibu “Astafirullah alazim,tega sekali kamu nak,ya allah kalau memang engakau ingin mengambil anakku silahkan.aku pasrah ya Allah,aku tidak tahan lagi menghadapi semua tingkahnya.”

Seketika suara petir dan gemuruh pun datang dan langsung saja menyambar tubuh putri hingga tubuhnya menjadi sebuah batu yang terus menerus mengeluarkan air mata”
Putri “Ibu… tolong aku bu,apa yang terjadi denganku.maafkan aku bu.aku telah banyak berbuat salah padamu (itulah suara terakhir yang di ucapkan putri”



















BAWANG MERAH BAWANG PUTIH
(Oleh: Ika Pajariah 2008112172)

Alkisah disebuah desa hiduplah satu keluarga yaitu Bawang Merah dan Bawang Putih, yang dalam hidupnya Bawang Putih penuh dengan siksaan dan hinaan serta omelan, hingga suatu ketika si Bawang Merah memanggil Bawang Putih dengan penuh amarah.

Bawang Merah “Putih…Putih…!! kesini kamu. Kamu…harus membersihkan ruang tamu ini sampaibersih, jangan sampai ada debu-debu yang masih menempel. (sambil berkacak pinggang). Ingat ya! (menjitak kepala Bawang Putih) kalau sampai aku datang ruangan ini tidak bersih tahu sendiri nanti akibatnya!” (mencebir dan membuang muka).
Bawang Putih “Baik, Bawang Merah!” (merunduk dan pergi mengambil sapu)
Ibu “Lho, kok sepi. Bawang Putih kemana ya, kok ngak
kelihatan! (sambil melihat kanan kiri) Putih… Putih… Putih…! kemana ya anak itu dipanggil-panggil nggak nyaut!”
Bapak “Ada apa sih bu?” (dengan perasaan tanda tanya).
Ibu “Eh…! Bapak, lho kapan Bapak datang kok Ibu nggak dengar Bapak ngetok-ngetok pintu.” (sambil memegang tangannya).
Bapak “E… tadi bu, memang Bapak sengaja nggak ngetok-ngetok pintu, soalnya bapak dengar Ibu berteriak-teriak memanggil-manggil Bawang Putih, Emangnya si Bawang Putih kemana bu? Dan kenapa dia?” (dengan penuh keheranan).
Ibu “Oh tidak ada apa-apa pak (sambil mengelus-ngelus tangan suami) Ibu takut Bawang Putih kenapa-napa, Ee...tak tahunya lagi istirahat dikamarnya, Pak!” (sambil merebah kepundaknya).
Bapak “Terima kasih ya bu, Bapak bangga sekali punya istri sebaik Ibu, dan saya sayang sekali sama Ibu juga anak kita berdua (mengelus rambut istri) kalau begitu Bapak berangkat berdagang lagi ya bu, paling di sana saya 1 minggu. Ibu jaga diri baik-baik ya dan juga anak kita baik-baik. Oh ya, ini ada sedikit uang buat belanja (sambil menyodorkan uang). Baiklah bu Bapak berangkat dulu ya.” (mengulurkan tangannya).
Ibu Iya pak (sambil mencium tangan Bapak) hati-hati dijalan, da…! Hem… dasar suami bodoh, kamu kira saya betul-betul mencintai kamu apa! Tidak ya, saya hanya mencintai uang dan rumah kamu ini… ha… ha… ha… (sambil menepuk- nepuk uang). Putih… putih…putih… kesini kamu! (berkacak pinggang).
Bawang Putih “Ya… ya… bu, ada apa bu?”
Ibu “Kemana aja sih kamu ha… kamana aja? (sambil menarik dan mendorong Putih) dipanggil-panggil dari tadi nggak ada jawaban, kamu tuli ya”(sambil membuang muka).
Bawang Putih “Baik bu…!” (dengan nada ketakutan).
Ibu “Ya bagus, (sambil mengangguk-ngangguk kepala) sekarang kamu cuci baju itu sampai bersih mengerti? Ingat Bawang Putih, sebelum Ibu datang cucian ini dan lantai ini sudah harus bersih! Dengar….! “(nada keras membentak).


BIDADARI TERSESAT DAN TERMOS AJAIB
(Oleh: Ros Hernawati 2008112170)


Adegan ini terjadi di Taman Firdaus. Angin bertiup Sepoisepoi basah dan pohon-pohon bergoyangan, burung-burung berkicau dan pelaku pertama tampil.”

Mikael : “Ha…… Ha…… (lupa dia jadi pemeran apa) Saya jadi
apa?”
(sambil mendekati Pengawal)
Pengawal : “Santun Mikael Ndik”
Mikael : “Oh ya saya adalah Santu Mikael, paglima besar segala
macam bidadari yang ada dikawasan Taman Firdaus ini
(menengok kekanan dan kekiri) kok sepi….. (berteriak
memanggik) Adam….. Eva….. dimana kalian ???”
Asam : (Datang tergopoh-gopoh) “Saya di sini Om.”
Mikael : “Aduh kamu ini gimana? Sudah berapa kali saya bilang,
kalau
mau tampil lekas pakai celana. Kamu sudah ditunggu para
penonton nih.”
Adam : “Bolehkah saya membawa Eva?”
Mikael : “Tentu saja boleh, dia kan istri kamu.”
Adam : (tampil kepentas dengan membawa Eva) “Saya dan istri
saya
sudah datang Om…..?!”
Mikael : “Lho…… ngapain kalian kesini? Apa di belakang sana
sudah tidak ada pekerjaan” (lupa terhadap apa yang baru
saja dia katakan, maklum sudah usia lanjut)
Adam : “Lho Om ini gimana? Tadi kan Om yang suruh saya
mengajak Eva ke sini? Gimana sih?”
Mikael : (Berdiri sambil berjalan mengukuhkan pendapatnya)
“Perasaan saya dari tadi tidak menyuruh kalian untuk
datang ke sini.”
Pengawal : (Sambil memukul bahu Santu Mikael) “Om bacakan surat
keputusan rapat kemarin!!” (sambil menyodorkan surat)
Mikael : “He…… kamu kok berani sekali main pukul aja sama
atasanmu?”
Pengawal : “Maaf. Om sendiri kan yang pelupa?!?”
Mikael : “Dasar Pengawal kurang ajar. Sana cepat kembali ke
tempatmu.”

Dengarkan…… Berdasarkan keputusan rapat pleno no 1234/123/12/1/2011 SM. Menimbang a, b, c, d, meningat a, b, c, d. mendengar saran-saran pimpinan Taman Firdaus maka kami memutuskan bahwa kalian harus diusir dari Taman Firdaus ini. Dengan catatan kalau kalian mendapatkan kesulitan harap segera lapor kepada yang berwajib pada setiap jam kerja.

Adam : “Apa diusir (kaget) ? Kalau itu memang keputusan
bersama, kami terima dengan senang hati.”
Eva : “Aduh Mas, kita akhirnya diusir dari sini.”
Adam :“Jangan
sedih manisku.” Sutradara : Maka pergilah Adam dan Eva menuju tanah buangan, bumi yang keras dan hari-hari yang penuh kerja dan cucuran keringat. Disisi lain tahun berganti membuat Santu Mikael merasa kesepian.
Mikael : “Pengawal 3 tahun sudah aku ditinggalkan Adam dan Eva
sedih rasanya hatiku. Sekarang jika badanku pegal-pegal
tidak ada yang mau mijitin aku,beda dengan saat Eva
masih disini, sering kali dia mijitin aku. Sekarang aku
merindukannya, tapi dia juga sering membuatku jengkel
karena tingkahnya yang manja kepadaku. Pengawal apa
kamu tidak merasakan apa yang aku rasakan sekarang?”
Pengawal : “Ya tidak, itu kan badan Om…… Ya Om sendiri dong yang
merasakan jangan ajak-ajak saya.”
Adam : (tok-tok-tok) “Permisi…… Mikael : Pengawal (pengawalpun
segera menghadap didepan santu Mikael) coba kamu lihat siapa yang teriak teriak diluar itu?”
Pengawal : “Baik Om…… (menuju kearah pintu) Oh ternyata kamu
Adam, ada apa kesini?”
Adam : “Ada keperluan penting, Om Mikaelnya ada?”
Pengawal : “Ada tunggu sebentar (menghadap Santu Mikael) Om ada
Adam dan Eva datang ingin bertemu? Katanya ada
keperluan penting.”
Mikael : “Suruh masuk!!”
Pengawal : (Menuju ke arah pintu) “silahkan masuk!!!”
Adam : “Om, kami mempunyai kesulitan yang sangat besar nih.”
Mikae : “Aduh…… kesulitan besar?! Lho
(sambil melihat kearah Eva) kalian sudah mempunyai itu?”
(tertawa terbahak-bahak)
Adam : “Iya Om……” (tersipu malu)
Mikael : “Terus kesulitan kalian apa? Kalian ini kalau ada kesulitan
aja mau kesini, jika tidak? Mana mungkin kalian mau
menjenguk Om…… kesulitan apa?”
Adam : “Semenjak kami diusir dari Taman Firdaus ini kami di Bumi
merasa kesepian Om…… apalagi ditambah anak ini?Lengkap sudah penderitaan kami, kami binggung anak kami sering nangis terus, dia tidak mau minum air biasa, hanya mau minum susu dan gawatnya lagi ASI milik Eva tidak bisa keluar Om…… (sambil malu).
Eva : (Sedikit malu) “iya Om…… gimana? Saya tidak tahu harus
berbuat apa, selain kesini?”
Mikael : “Aduh…… (mengaruk-garuk kepala) masalah lagi masalah
lagi…… (berpikir lalu berdiri sambil berjalan-jalan) demi
kemanusiaan yang adil dan beradab, saya beri
kesempatan kepada kalian 3 kali sehari untuk minum anak
kalian dengan susu secukupnya dari pohon susu. Karena
pohon susu itu adalah kesukaan saya, jadi kalian hanya
boleh mengambil secukupnya
saja. Mengerti……….????”
Adam dan Eva : (Serentak) “Mengerti…… Om?”Adam : Terus pohon
susunya mana Om?”
Mikael : “Aduh…… jadi kalian selama ini tidak tahu dimana pohon
susu itu?”
Adam : “Memang……Mikael : Pengawal antarkan mereka menuju
pohon susu!”
Pengawal : “Om, saya juga tidak tahu pohon susu itu? Itu kan
kesukaan Om, jadi yang tahu letaknya hanya Om!!?!!?!!??”
Mikael : “Hemm….. betul juga. Ya sudah, ayo saya antarkan”
(sambil mau mengandeng Eva)
Adam :” He……He…… Om, main serobot aja, dia istri saya
Om……” (mengepalkan tangan diatas kepala Santu
Mikael).
Mikael : “Iya-iya saya mengerti, sedikit aja tidak boleh” (mengerutu)
Eva : “Amboi. sejuk sekali! Sejak kapan nih Om, dipasangi AC?”
Mikael : “Masih banyak bicara, cepat lakukan tugasmu!!!” (selang
beberapa menit)
Adam dan Eva : “Makasih susunya Om, kami pergi dulu !!”
Mikael : “Ya, Pergi sana jauh-jauh.”
Suradara : “Maka terjadilah apa yang harus terjadi. Kedatangan Adam
dan Eva yang mondar- mandir 3 kali sehari membuat
keadaan taman firdaus kacau balau Taman yang semula
bersih dan indah sekarang timbul bau yang tidak sedap
karena Anak Eva yang sering ngompol. Sehingga keadaan
itu mendorong Santu Mikael untuk mengadakan Rapat
Darurat.”
Mikael : (mengaruk-garuk kepala) “Pusing………pusing…….kepala
saya rasanya mau pecah. Pengawal…!!!”
Pengawal : “Iya Om ! ada apa ???” (menghadap di depan Santu
Mikael)
Mikael : “Tolong kamu panggilkan semua bidadari yang ada di
taman firdaus ini !?!”
Pengawal : “Sekarang Om……Mikael : Iya sekarang, masak Besok,
Besok sudah tidak ada Drama ?!?!?!”
Pengawal : (berteriak sekeras-kerasnya) “Hai ketujuh Bidadari segera
menghadap Raja Santu Mikael.” (Maka ketujuh bidadari
itupun
segera datang menghadap)
Mikael : “Kalian tahu tidak ,Apa maksud dari berkumpulnya kalian ?”
7 Bidadari : (serempak) “Tidak Mikael : Kalian tahu, Kalau kedatangan
Adam dan Eva ke taman Firdaus ini mendatangkan banyak
masalah dan pohon susu kesukaan saya sekarang menjadi
kisut, karena kebanyakan disedot oleh anaknya Eva?!?
7 Bidadari : “(serempak) Tidak tahu Om….!?!?”
Mikael : “Makanya kalau tidak tahu sekarang didengarkan !!!!
Kedatangan mereka semakin memperbanyak tugas kita,
sekaligus melengkapi masalah kita. Coba sekarang, jika
anaknya ngompol,
siapa yang ngepel ?”
7 Bidadari : “Ya Om……(serempak)Mikael : Saya yang ngepel ….
Coba sekarang kalau Eva sering tertidur, siapa yang
membangunkan ?”
7 Bidadari : “Ya Om…..(serempak)Mikael : Saya juga Terus Tugas
kalian itu apa ?”
Bidadari 2 : “Shopping.
Bidadari 3 : “Jalan-jalan.”
Mikael : “Pokoknya saya tidak mau tahu, sekarang kita cari solusi
agar Adam dan Eva tidak ke sini lagi.”
Bidadari1 : “Ihhh, memalukan Tanah Suci”
Bidadari 2 : “Tidak dapat dipertanggung jawabkan”
Bidadari 3 : “Subversi”
Bidadari 4 : “Harus ditindak secara tegas Mkael : Iya saya tahu kondisi
sekarang sperti itu ?!? tapi ujud tindakannya seperti apa?”
Bidadari 5 : “Saya tahu Om….karena julukan saya aadalah bidadari
teknokrat.”
Bidadari 6 : “Halah .. kamu sombong banget sih . Bidadari 7 : Aku juga
bisa jadi bidadari teknokrat.”
Mikael : “Sudah….Sudah……jangan bertengkar , bertengkar itu
tidak akan menyelesaikan masalah, malahan dapat
menambahi masalah itu. Teknokrat cepat katakana !?!?!?!”
Bidadari 1 : “Cepat”
Bidadari 2 : “Katakan segera”
Bidadari 3 : “Kalau tidak kita akan celaka”
Bidadari 4 : “Jaga kelestarian taman firdaus ini.”
Bidadari 5 : “Hindari krisis energi”
Bidadari 6 : “Terus giman caranya ? Giman caranya.”
Bidadari 7 : “Iya gimana ayo jelaskan !!!!!”
Mikael : “Diam………… diam semua, biarkan teknokrat yang bicara”
Bidadari : “Minuman bayi adalah alat yang sangat vital dan fatal demi
kebutuhan gizi dalam dirinya. Lihat desain ini !!!!!” (sambil
menyodorkan sebuah desain ke tengah-tengah forum)
Semua : (mengerumuni) “tertawa”
Bidadari 1 : “Fantastis”
Bidadari 2 : “Praktis”
Bidadari 3 : “Ekonomis”
Bidadari 4 : “Dan tahan lama”
Bidadari 5 : “Yang jadi soal, apakah anda setuju pembiayaannya ??”
Mekael : “Itu kan bisa diatur”
Bidadari 6&7 : “Itu mah gampang”
Bidadari 5 : “Terus kapan kami berangakat ?”
Mekael : “Tahun depan….ya….sekarang juga.”
Bidadari 5 : “Terus petanya mana , kita kan tidak tahu keadaan bumi
seperti apa Om…?”
Mikael : “Iya –Iya betul juga ! (berfikir)Pengawal tolong kamu
ambilkan saya selembar kertas dan tanti , sekarang cepat !”
Pengawal : (kaget) “Tanti Om apa tidak salah …? “
Mikael : “Tanti…. Tanti ….ambilkan tinta . emangnya ada hubungan
apa kamu dengan tanti kok kamu ingat dia terus ????”
Pengawal : “Lho yang bilang tanti tadi kan Om kok nyalahin saya .
gimana ? dasar pelupa ? (sambil mengambilkan selembar
kertas dan tinta di belakang) Nih Om tintanya !?!?!?
Mikael : “Makasih ya ? (sambil membuat peta jalur tujuan bidadari
yang akan menuju bumi) Ini SK dan petanya. Awas jangan
sampai hilang, kalau peta ini hilang kalian bisa tersesat.”
Bidadari 5 : “Baiklah kami beragkat sekarang !?!?”
Mikaael : “Iya hati-hati. Sutradara : Maka melayanglah keempat
bidadari turun ke bumi, mencari adam dan Eva untuk
menunaiakan tugas suci. Tidak ada kesukaran untuk
mencari rumah Adam karena pada waktu itu perumahan
hanya ada satu saja.
Keempat bidadari: “Selamat pagi.Apakah di sini rumah keluarga Adam ?
Eva : “Selamat pagi…..iya tidak salah lagi. Oh kalian, ada perlu
apa kok jauh-jauh datang ke sini ?”
Bidadari 5 : “Berdasarkan surat keputusan rapat darurat cabinet taman
firdaus, maka kami diberi tugas untuk memasangkan
instalasi ini”
Eva : “Instalasi ?!? Instalasi apa ?”
Bidadari 5 : “Termos Ajaib”
Eva : “Oooooh….!!! Lalu apa gunanya barang itu ???”
Bidadari 5 : “Kalau termos ajaib ini kupasang di tubuhmu maka kamu
tak perlu hilir mudik ke taman firdaus untuk memberikan
minuman susu ke anakmu.”
Eva : “Aha…. Praktis dong !!”
Bidadari 5 : “Ekonomis”
Eva : “Enak nih Bidadari 5: Mana Adam ? Eva : Dia sedang
berburu. Ada keperluan apa ?”
Bidadari 5 : “Sebenarnya termos Ajaib ini harus kupasang padamu
sebuah dan sebuah lagi di tubuh Adam, sehingga lebih
efisien. Kalau kau pergi mencari kayu, Adam dapat
menyusui anakmu.”
Eva : “Tapi sekarang Adam sedang tidak ada di rumah. Gimana ?
Bidadari 5 : “Celaka waktu kami disini juga sangat terbatas. Kita masih
banyak tugas di taman firdaus.”
Bidadari 6 : “Saya ada akal, gimana kalau sementara instalasi ini
kedua-duanya kita pasang ditubuhnya Eva, kapan-kapan
jika cuaca dan ada kesempatan saya akan melakukan
pemindahan termos ajaib itu ke tubuh Adam. Gimana ??”
Bidadari 5 : “Ide bagus, tumben kamu bisa berpikir secemerlang kayak
gini ??!?

Eva : “Baiklah”
Bidadari 5 : “Duduklah dan tahan napas baik-baik dan jangan menjerit
jika terasa geli [Sensor untuk 18+ ]”
Bidadari 5 : “Akhirnya selesai juga, Eva saying kamu tampak seksi
sekali dengan termos Ajaib itu.”
Sutradara : “Maka pulanglah keempat bidadari, sesaat kemudian Adam
datang”
Eva : (berteriak girang) “Mas termos ajaib instalasi baru ! Adam :
Instalasi untuk apa ??”
Eva : “Instalasi baru khusus untuk anak kita, jadi kita tidak perlu
Lagi mondar-mandir lagi ke Taman Firdaus untuk memberi
minum susu untuk anak kita.”
Adam : “Sekarang kau tampak sangat seksi dengan Termos itu?!?!”
Eva : “Memang….. sebetulnya termos ajaib ini yang satu harus
dipasang padamu mas, tetapi kamu tadi kan tidak ada
dirumah, Oleh karena itu edua-duanya terpaksa dipasang
ditubuhku, Mas”
Adam : “Jadi termos itu yangsatu adalah kepunyaanku ??”
Eva : “Ya ! Untuk sementara dititipkan kepadaku , kapan-kapan
jika bidadari datang kemari mereka siap melakukan
pemindahan Termos ini ke tubuh Mas.”
Adam : “Kapan ?”
Eva : “Ya Kapan – kapan ?!?!”
Adam : “Ayuk kita coba ?!?!?”
Sutradara : “Hadirin gunting sensor terpaksa bertugas. Waktunya tidak cukup singkat cerita keempat bidadari itu tidak pernah kembali ke bumi.Mereka kehilangan peta dan tersesat entah kemana. Mereka lepas dari orbitnya. Sehingga dengan demikian instalasi termos ajaib itu tetap terpasang di tubuh Eva. Tentu hal itu menimbulkan kesulitan bagi Eva. Instalasi itu lebih banyak mnganggu daripada membantu. Kesimpulan cerita : sampai kini termos Ajaib itu tetap dibawa Eva dan anak-anak keturunannya maka kalau seklai tempo Adam dan keturunannya ingat akan barangnya sejenak. Pada saat-saat yang gawat itulah bahkan ia ingin mengambil termos itu… tetapi apa daya buku petunjuk bongkpasang instalasi termos ajaib itu hilang bersama keempat bidadari.. Alhasil adam tahu bahwa termos ajaib itu miliknya juga, tetapi dengan tersesatnya keempat bidadari itu maka termos ajaib itu tetap diparkir di situ . untunglah bagi kaum Adam, sebab Eva cukup baik hati. Karena ongkos parker dan biaya pemeliharaan tidak.”


























MALING
( Oleh : Sugianto 2008112186)

(Setting tempat halaman rumah di sebuah kampung. Waktu malam hari. Dari luar terdengar suara gaduh derap langkah orang berlari sambil berteriak maling diiringi musik pembuka. Lampu fade in. Seorang Maling masuk, panik. Kemudian ia menyembunyikan bungkusan curiannya di semak-semak. Kemudian ia berlari sembunyi. Lalu warga masuk panggung berlari dari salah satu sisi dan langsung keluar di sisi yang lain. Kemudian mereka kembali sambil mencari-cari..)

Lurah : “Cari sampai dapat! Tadi larinya ke arah sini.”
Seseorang : “Tapi kok hilang, Pak.”
Lurah : “Ya kalau begitu pasti ada di sekitar sini. Nggak mungkin jauh.
Begini saja, kita berpencar saja.”
Seseorang : “Aduh, Pak, capek.”
Lurah : “Sampeyan ini bagaimana? Baru begini saja capek. Ayo
cepat! Sampeyan dan mbak Seseorang ke sana. Mas
Seseorang cari yang sebelah sana.”
Seseorang : “Lha Bapak?”
Lurah : “Saya jaga di sini.”
Warga : “Woo...”
Seseorang : “Sampeyan kok enak?”
Lurah : “Lho, ini juga bagian dari tugas. Ayo cepat. Nanti malingnya
keburu jauh. Berangkat!”

(warga berpencar, musik mulai fade out)

Lurah (menghela nafas) “Ada-ada saja. Pencurian di desa ini kok ndak ada habisnya. Mulai dari kehilangan sandal, rantang isi makanan, pakaian, sampai kendaraan. Seminggu yang lalusandalnya Mbak Surti hilang. Katanya, sandal itu mahal sekali harganya. Beli di luar negeri. Lalu dia lapor ke saya, minta tolong untuk menggerakkan seluruh jajaran Hansip mencarikan sandalnya. Sandal saja beli di luar negeri. Mungkin itu kenang-kenangan dari majikannya saat jadi TKW dulu. Lalu kemarin lusa, senter, pentungan termos kopi dan rantang makanan di pos Hansip hilang. Ya baru ini ada Hansip kemalingan. Keterlaluan. Gara-gara itu, saya mulai habis isya sampai malam ikut muter-muter mencari. Jadi ndak bisa lihat sinetron kesukaan saya. (pada bagian ini bisa disebutkan salah satu judul sinetron yang sedang populer)
Nah, sekarang yang hilang malah lebih besar, uang kelurahan. Akhirnya mau tidak mau saya harus ikut mengejar. Apalagi tiga hari lagi Pak Camat mau datang melihat apakah uang bantuan dari Pemda sudah diterima dan digunakan atau belum. Ini bisa acau kalau ketahuan dicuri. Jabatan saya sebagai Lurah bisa terancam. Benar-benar keterlaluan. Desa Suka Makmur kok banyak maling. Tidak cocok dengan namanya, Suka Makmur. Siapa sih dulu yang punya ide nama Suka Makmur? Kalau begini terus, besok mau saya usulkan saja ke Presiden. Namanya diganti menjadi Suka Maling. Jadi kalau banyak pencurian saya tidak bakal disalahkan. Sudah sesuai dengan namanya.”

(Seseorang masuk dengan terengah-engah)

Seseorang : “Pak, Lapor.”
Lurah : “Bagaimana?”
Seseorang : “Sudah saya cari dari Sabang sampai Merauke...”
Lurah : “....berjajar pulau-pulau?”
Seseorang : “Bukan, nihil”.
Lurah : “Walah.”
Seseorang : “Lha Bapak sendiri?”
Lurah : “Sama. Dari tadi saya jaga di sini tidak ada tanda-tanda maling
yang lewat. Nihil.”
Seseorang : “Wajar, Pak.”
Lurah : “Wajar bagaimana?”
Seseorang : “Mana ada maling celingak-celinguk lewat di depan
sampeyan.”

(Seseorang dan Seseorang masuk dengan tergopoh-gopoh)

Seseorang : “Pak, ada berita penting..”
Seseorang : “Iya, Pak.”
Lurah : “Ada apa?”
Seseorang : “Tadi saya bertemu dengan Mas Poniman.”
Lurah : “Mas Poniman?”
Seseorang : “Iya....”
Lurah : “Mas Poniman sia...”

Seseorang : “....katanya, mulai sekarang kita tidak perlu bingung kalau
mau ngambil TV, kulkas, atau motor. Cukup dengan KTP saja kita bisa kredit TV lho, Pak. Bayangkan. Biasanya harus pakai BPKB atau sertifikat tanah, ya kan, Mbak?”

Seseorang : “Benar, Pak. Apalagi cicilannya juga murah. Motor hanya
50 ribu
per bulan. Kulkas dua pintu hanya 30 ribu perbulan. Apalagi TV hanya dua puluh ribu per bulan. Dan semua tanpa...”
Lurah : “Diam! Sampeyan ini bagaimana? Tadi saya suruh apa?”
Seseorang : “ee.. anu.. cari..”
Lurah : “Cari maling kan? Kenapa malah cari kreditan?”
Seseorang : “Mbak, sampeyan tadi ke sana apa tidak bertemu orang
yang mencurigakan?”
Seseorang : “Oh, yang mencurigakan?”
Lurah, Seseorang : “Ada? Mana?”
Seseorang : “Tidak ada, Pak.”
Lurah : “Walah. (bicara sendiri) Wah, bagaimana ini. Kalau sampai
lusa tidak ketemu bisa gawat. Nanti kalau aku dipecat
bagaimana? Sudah dicari ke sana kemari tidak ada….”
Seseorang : “Eh, Pak.” (sambil menunjuk ke rumah)
Seseorang : “Iya, Pak. Jangan-jangan...”
Lurah : “…eits, jangan gegabah dulu.”
Seseorang : “Tapi ini kan rumahnya…”
Lurah : “…..iya, tapi jangan asal menuduh dulu.”
Seseorang : “Sudahlah, Pak. Pasti dia. Sekali maling tetaplah maling.”
Lurah : “Tenang, tenang dulu. Kita lihat baik-baik dulu. (mengetuk
pintu rumah) Kulo nuwun… Mas Maman… Mas Maman…. Mas Maman….” (hening)
Seseorang : “Lho, bener kan, Pak?”
Lurah : “Bener apanya?”
Seseorang : “Ya pasti dia. Lihat dia sekarang pasti ketakutan di dalam.”
Seseorang : “Benar, Pak. Kita dobrak saja pintunya.”
Semua warga: “Ya, ya.. kita dobrak saja pintunya.”
Lurah : “Tenang, tenang dulu. Jangan ngawur.”
Seseorang : “Sudahlah, Pak. Nanti dia keburu kabur lewat belakang.
Ayo dobrak saja”.
Semua warga : “Ya ayo…” (mereka mengambil kursi kayu panjang di
depan rumah dan akan digunakan sebagai alat
pendobrak)
Semua warga : “Satu… dua…. Ti….”

(Maman tiba-tiba muncul dari luar panggung)

Maman : “Hoi, ada apa ini?”
Lurah : “Lho, Maman? (pada warga) He, bangkunya... Anu, Man,
maaf. Tadi kita sedang mengejar maling.”
Maman : “Lha terus kok pada nggrumbul di depan rumah saya ada
apa?”
Lurah : “Tadi malingnya lari ke sekitar sini, jadi e..., kami mengejar
ke sini dan e.... kebetulan lewat rumahmu, jadi”

Seseorang : “Jadi sekarang kamu ngaku saja Man. Mana hasil
curianmu?”
Maman : “Curian? Curian apa? Lha wong aku dari WC umum kok?”
Seseorang : “WC umum? WC umumnya kan jelas-jelas rusak.”
Maman : “Eh, anu, sungai.”
Seseorang : “Sungai? Di sini mana ada sungai Man?”
Seseorang : “Alah, ngaku saja, Man. Sekali maling tetap saja maling.”
Maman : “He, mulutmu nggak pernah disekolahkan ya? Ngomong
seenaknya aja. Aku tadi dari jalan-jalan kok.”
Lurah : “Tenang, tenang. Jangan ribut. Man, kamu ngaku saja dari
mana?
Maman : “Dari jalan-jalan, Pak. Suer!”
Seseorang : “Lha itu apa?”
Maman : “Mana?”
Seseorang : “Itu dibalik jaketmu.”
Maman : “Nih liat” (sambil membuka jaket)
Seseorang : “Di balik baju”.
Maman : “Ini (sambil membuka baju) Puas?”
Seseorang : “Lha itu apa?” (sambil menunjuk buntelan dalam sarung
Maman)
Seseorang : “Buka sarungmu!”
Maman : “Ngawur! Ini aurat!”
Seseorang : “Pasti itu, Pak!”
Lurah : “Man, coba lihat isi bungkusan itu.”
Maman : “Wah, jangan Pak. Ini bukan milik umum, Pak.”
Lurah : “Sudah, keluarkan saja. Daripada kamu dikeroyok sama
orang-orang.”
Maman : “Ampun, jangan!” (menyerahkan bungkusan pada Lurah)
Lurah : (mengeluarkan sandal dari dalam bungkusan) “Lho, punya
siapa ini?”
Seseorang : “Lho, itu kan sandalku yang beli di luar negeri? Jadi kamu
Man? Hah?”
Lurah : “Sudah, sudah. Kita tadi mau cari maling uang, bukan
maling sandal.”
Maman : “Lho, jadi, ini tadi bukan dalam rangka mencari saya, toh?”
Seseorang :“Sekarang aku yang nyari kamu.”
Lurah : “Sudah, cukup! Tadi uang kantor kelurahan dicuri. Kita
sekarang sedang mencarinya.”
Maman : “Oalah, lha ya mbok dari tadi ngomong. Saya kan nggak
perlu deg-degan.”
Seseorang : “Deg-degan apa? Jangan-jangan kamu juga yang nyuri di
kelurahan?”
Maman : “Kamu jangan sembarangan ya. Seenaknya saja
menetapkan aku sebagai praduga tak berguna.”
Seseorang : “Praduga tak bersalah.”
Maman : “Itu dia maksudku.”.
Seseorang : “Nggak pernah sekolah saja ngomong sok yes.”
Maman : “Daripada kamu, pernah sekolah tapi cuma bias
ngomong.”
Lurah : “Cukup! Jadi benar kalau kamu bukan yang mencuri uang
kelurahan.”
Maman : “Eits, jangan salah. Jelek-jelek gini saya, Maman
Supraman, nggak bakal mencuri uang rakyat. Itu prinsip!”
Lurah : “Iya, iya. Kalau begitu, kamu ikut ronda apa nggak?”
Maman : “Lho ya pasti donk. Saya kan warga negara yang baik.
Selalu ikut kegiatan kemasyarakatan. Apalagi kegiatan
ronda seperti ini. Ya, kan? Ayo semuanya! Kita berangkat!
Siap semuanya! Satu, dua, tiga, sahuuur... sahur
Sahuuur... sahur.” (Maman ber-uforia sendiri sedangkan
yang lain hanya bengong. Meskipun ngotot, yang lain
masih bengong. Malah semakin lama terlihat kejengkelan
di wajah para warga.)












Dendam Berantai
( Oleh: Intan Mustikawaty 2008112180 )

Di hotel prodeo
Setan I : Wahai kau jiwa yang hina, lebih baik kau turuti saja nafsumu, karena aku akan selalu ada untukmu…tak perlu kau ragu…akulah dewa penolongmu, tak usah lagi takut dosa, dimana Tuhan-Mu, Tuhan yang selalu kau sembah, yang kau agung-agungkan, hingga detik ini pun tak melambaikan tangan-Nya untukmu...untukmu Dino.
Dino : (Menundukkan kepala sambil mengepalkan tangannya)
Setan II Dino...kau bisa melihat sendiri, kebaikan tak nampak di bumi ini, kau tidak cocok berada ditempat ini. Lebih baik kau bergabung bersamaku, ya bersamaku mewarisi ilmuku yang akan bisa membuatmu abadi...abadi Dino, kau tak mau?
Dino Tidak…(Berteriak)
Polisi I Diam kau...sudah gila kah kamu berteriak-teriak sendiri!
Dino Aku tidak salah pak mereka yang salah, mereka pak...
Polisi I Hha...kau kira aku percaya dengan orang munafik sepertimu...semua tahanan disini pembual sepertimu anak muda...jangan pernah kau berharap setetes belas kasihan dariku.
Dino Tapi...tapi aku benar-benar tak bersalah!
Polisi I Diam kau atau ku sobek mulutmu (mengacungkan jari kearah Dino)
Setan I Lihatlah Dino, Penegak kebenaran saja tidak bisa mempercayaimu...tak usah lagi kau bersedih. Untuk apalagi kau tangisi.. .setiap tetes air matamu adalah dendam Dino, balaslah dendammu. Ayo dino segeralah bergabung bersama kami. Bergabunglah...
Setan II Iya bergabunglah...
Dino Aku sangatlah menyesalkan nasibku...terlalu berat cobaan ini. Kurasa ku tak kuat lagi menahan semua ini. Mungkin sepantasnya aku bergabung dengan kalian...karena kalianlah yang setia menemaniku selama 15 tahun aku di penjara. Kekasihku, teman-temanku bahkan keluargaku pun tak mengakui aku sebagai seseorang yang mereka kenal. Tak ada yang perdulikanku! Semua ini gara-gara si Jaham itu (sambil memukul besi jeruji)
Setan I Hahahaaha...
Setan II Bagus, bagus...akhirnya kau menyadari bahwa kamilah yang setia menemanimu...hahahaha...
Dino Aku akan membalaskan dendamku...ya dendam yang sangat besar, untuk seseorang yang telah menghancurkan masa depanku, mengancurkan hidupku, menghancurkan semua impiku, hingga ku kini menjadi pecundang.
Setan I Besok kalau kau bebas dari sini kau harus melakukan apa yang ku perintahkan agar kau bisa abadi dan tak terkalahkan.
Dino Ya aku akan mengabdi pada kalian.
Polisi I (Mondar-mandir melintasi ruang tahanan).
Polisi II Hei kau Dino...Apa kau tadi berbicara dengan seseorang?
Dino Ti...tidak Pak dari tadi kan saya sendiri.
Polisi II Kamu kira aku tuli. Terus suara siapa tadi kalau bukan kamu?
Dino Saya tidak tau Pak, Bapak bisa lihat sendiri kan gak ada siapa-siapa.
Polisi I Sudah-sudah...tak usah kita urusi lagi si pembunuh ayah kandungnya ini. Dasar anak tidak tau diri.

Mentari mulai menampakkan sinarnya, suara kicau burung sahut menyaut sang raja haripun dengan gagahnya memfonis pergantian waktu.
Dino Hahaha.....akhirnya hari yang aku tunggu-tunggu datang juga. Kini tinggal menuggu hitungan detik aku bisa menghirup udara segar. Hahaha...
Setan I Saatnya balas dendam!
Setan II Saatnya balas dendam...
Dino Ya...saatnya untuk balas dendam hahahaha...
Setan I Kau harus melaksanakan kewajibanmu untuk mengabdi kepada kami, setelah kau bebas dari sini.
Setan II Carilah sebuah bayi untuk persembahan malam nanti. Baru kau ku terima sebagai pengikutku.
Dino Baik, apapun ku lakukan untukmu.

Tiba-tiba terdengar lantunan bunyi sepatu.
Polisi I Dino kau bebas hari ini. Jangan kau ulangi lagi kesalahan itu.
Polisi II Tak ada satu orangpun yang suka kalau kau bebas, tak ada yang menunggumu...Menunggu seorang pembunuh.
Dino Aku bukan pembunuh! Aku bukanlah pembunuh..
Polisi II Tutup mulutmu! Sekarang pergilah sampah...sampah masyarakat...hahaha
Dino Kau lihat saja nanti. Awas kau!
Polisi II Apa, ini hadiah untukmu..”Buuukkk”. (dipukul perutnya)
Dino Auuu...ampun (tersungkur)
Polisi I Pergilah...pergi!
Dino (Membungkukkan badan sambil berjalan keluar)
Matahari telah masuk keperaduannya, dan Dino telah berhasil menculik seorang bayi.
Dino Wahai kau penguasa kegelapan, terimalah persembahan ku untukmu. Terimalah aku sebagai muridmu.
Setan I Hahahahaaha bagus Dino...
Setan II Cepat sembelih bayi itu lalu minumlah darahnya.
Dino (menyembelih lalu meminum darah itu)
Setan I Bagus...kau telah menjadi budak kami.
Setan II Hahahaha...
Dino Sekarang ku akan membunuh satu persatu orang-orang yang telah menyakitiku. Menyakiti hatiku hingga tak terasa lagi sakitnya.
Setan I Iya Dino lampiaskanlah.
Setan II Kami akan selalu membantumu.
Setan I Tunggu apa lagi. Segeralah kau bergegas untuk membalaskan dendam ayahmu. Darah harus dibayar dengan darah. Hahahahha...
Setan II Hahahaha
Dino Hahahahahahahahahahaha...tunggu kau pecundang. Aku akan membalikkan duniamu...
Dikesunyian malam
Dino Tok..tok (mengetuk pintu)
Pak RT (bergegas bangun)
Bu RT Siapa itu Pa, kok udah malam ada tamu
Pak RT Bergegas membuka pintu.
Dino (mengayunkan pedangnya dan tanpa kompromi Dino langsung memotong kepala Pak RT)
Setan I Hahaha, akhirnya terbalaskan juga dendammu Dino.
Setan II Minumlah darahnya Dino...minumlah
Dino Haaaa...akhirnya aku bisa membunuh orang yang telah memfitnahku, hingga keluargapun menuduhku telah membunuh ayah kandungku...tak kan tega aku membunuhnya...karena manusia jahanam inilah, ya dia telah menghancurkan semuanya. Dia gunakan pedangku untuk membunuh ayah, hingga semua orang memandang hina diriku. Hahahaha, mati kau sekarang.
Bu RT Aaaa,..Pa..Papa.
Dino (kembali mengayunkan pedangnya dan memenggal kepala Bu RT)
Setan I Cepat Dino, segera kau buang kepala mereka di tepi jurang perbatasan Desa.
Setan II Di tempat persembahanmu kemarin...tempat kau mengabdi kepada kami.
Sesampainya di tepi jurang.
Dino Hahahaha, mampuslah kau (membuang kedua kepala itu ke jurang)
Setan I Kini kau telah puas bukan...
Setan II Saatnya kau akan abadi bersama kami Dino, namun ada satu cara lagi yang perlu kamu lakukan.
Dino Apa yang harus ku lakukan. Katakanlah, kalian berdua telah banyak berjasa padaku.
Setan II Pejamkan matamu, aku akan memberi satu kejutan bagimu.
Dino (memejamkan matanya)
Setan I Sekarang matilah kau! (mendorong dino kejurang).
Setan II Maafkan kami Dino, dengan cara inilah kau dapat menjadi teman kami dan gentayangan seperti kami.
Setan I Kami pun mati dibunuh disini, dan kami akan mencari Dino-Dino yang lainnya yang bersedia menemani kami disini dan di neraka nanti...hahahahahahaha...















Granat
( Oleh: Arifin 2008112200 )


Babak 1
Malam yang sunyi yang terdengar hanya ribut gemuruh guntur, petir menyambar sana-sini, nampak seorang duduk melamun.
Komandan : ada apa nak,,,? (tersenyum menatap)
Aggra : (membalas senyuman) tidak ada apa-apa pak..?
Komandan : kangen orang rumah ya?
Aggra : iya, pak..? (tertunduk malu)
Komandan : sama, aku juga kangen keluarga, ya tapi mau gimana lagi toh ini sudah jadi kewajiban seorang prajurit tapi jangan dijadikan beban dan biarkan rindu ini menjadi semangat yang menggebu untuk kemengan..
Aggra : iya pak, saya akan ingat itu pak,,,(penuh semangat) Saat asik berbincang terdengar suara ledakan atom dari desa.
Prajurit : lapor komandak terjadi pengeboman didesa. Apa yang harus kita lakukan,, (panik)
Komandan : siapkan pasukan dengan senjata lengkap laksanakan.
Prajurit : siap, laksanakan. (dengan lantang)
Komandan : aggra kamu siapkan mobil baja,
Aggra : siap kamandan Lampu mati, suasana tegang , dan sinar laser putih seperti petir ,angin berhembus kencang, gerimis disepanjang perjalanan, semua prajurit mendengar arahan dari komandan,
Komandan : aggra kamu pimpin kelompok granat kearah jam enam. Budi, kamu pimpin pasukan lintas kearah jam tiga. Pasukan meriam dibawa pimpinan saya, laksanakan. Siap komandan (jawab aggra dan bydi serempak)
Aggra : pasukan maju,(dengan suara yang lantang). Sandi, kamu panjat pohon ini lalu teropong kearah mana kita harus mulai perjalanan.
Sandi : siap pak,,,!!! ( langsung memanjat) Pak, kearah jam dua nampak segerombolan orang sedang mengendap-endap.
Aggra : pasukan berpencar buat tiga regu, kamu, kamu, dan kamu ikut sandi yang lain ikut saya. Sambil mengendap-endap diantara pohon dan semak belukar terdengar suara minta tolong
Prajurit : komandan ada suara orang meminta tolong dari sebelah sana,,
Aggra : baik kita meluncur kesana.
Prajurit : siap komandan,
Aggra : ada apa buk..?? (perlahan)
Darmini : anu pak,,kompor gas tiga kilo saya meleduk,,,,(panik)
Aggra : pasukan,,, cari ember kita padamkan api kompor ibu ini,, Siap komandan (jawab prajurit kompak) Bergegas pasukan mencari ember lalu menyirami api yang berkobar dari sambaran kompor darmini..
Sandi : komandan apinya silit dipadamkan,,,
Aggra : siram terus...
Sandi : baik komandan.,. Lampu padam, silwet hidup nampak sepasang kekasih sedang memadu kasih,,,Dan bercumbu diatas jerami.
Darmini :(mengintip,lalu berteriak) aaaauuuuu......
Surahmi : siapa (sambil melepaskan pelukan kekasih)
Leo : ah, ganggu saja. Orang asik-asik bercinta diganggu.... (jengkel)
Darmini : sedang apa kalian (sambil menutup mata)
Leo : kamu siapa...?? (kesel)
Darmini : ini, ini aku darmini...
Leo :aduh, istri saya. Kamu, kamu buruan pergi...(panik)
Anu,,, anu, saya tidak lagi ngapa-ngapain kok Cuma latihan vocal... iya latihan vocal
Surahmi : ti,, tidak ( tak bisa melanjutkan pembicaraanya)
Leo : kamu jangan berbicara nanti kita ketahuan (sambil menutup mulut surahmi) cepat kamu pergi nanti saya temui di rumah kamu,, Ayo,,, pergi tunggu apa lagi...
Darmini : aduhai,, disini kamu ya, rumah kita kebakaran mala asik-asikan disini,,,
Leo : ya, tak masalah rumah kebakaran, toh kita bisa bangun rumah baru ya, to,,...
Darmini : iya, juga ya mas ya,,, kalau begitu saya tidak hawatir lagi...
Leo : iya, kan saya bisa bikin rumah yang lebih bagus dari rumah yang kemaren...Sekarang kamu pulang...
Darmini : ya,, saya sudah mas sayapergi dulu,,,. Lampu padam, suasana mencekam dan nampak kelelahan...
Komandan : ah, ternyata hanya kompor warga yang meleduk,,, aggra sekarang kamu peritahkan pada prajurit-prajurit untuk istirahat, siapa tahu musuh melakukan serangan pajar,,
Aggra : siap komandan..(sambil merapikan kra baju,). Pasukan masuk kemah masing-masing dan beristirahat,







Kacau Balau
(Oleh : Fitri Yanti 2008112168 )
Alkisah disebuah desa yang aman,damai dan tentram hiduplah seorang gadis yang cantik, tapi dia mempunyai sikat yang angkuh dan sombong dan dia bernama Juminten. Disuatu pagi yang cerah, ketika semua orang tengah sibuk kerja bakti, dia malah sibuk sndiri dengan peralatan riasnya. Bi beranda rumahnya dia asyik bersolek diri tanpa menghiraukan warga yang lain. Dan hal ini menarik perhatian para warga terutama kaum adam. Dan tak khayal hal ini juga membuat para istri cemburu sehingga mengundang pertengkaran antara Juminten dan para istri.
Tejo wahhh ( tanpa berkedip memandangi Juminten)
Dollah ngapo kau ni jo biji mato kau cak nak nyampak ( heran melihat Tejo)
Tejo : iku lho coba sampean lihat (menunjuk ke arah Juminten) ayu kan?
Dollah : ai pacak nian kau ni pagi-pagi lah cuci mato seger jugo mato ni
Tejo : ya ialah siapa dulu dong Tejo ( sambil menepuk dadanya)

Merasa dirinya diperhatikan orang lain Juminten merasa terganggu dan dia langsung menegur bapak-bapak yang telah melihatnya dengan nada yang sinis.
Juminten : hei bapak-bapak kalian liatin apa, nggak pernah liat orang cantik apa?
Tejo : ya liatin sampeanlah Jum yang makin hari makin cantik saja
Juminten : (tersenyum)
Dollah : yo nean Jum kau ini e makin ari makin belagak bae, galak dak kau jadi bini aku? (nyengir)
Juminten : (terkejut) apa istri kamu ihh amit-amit nggak level tau (memalingkan muka)
Tejo : betul itu jun. he mas mbokya sampean itu sadar tho, sampean itu wes tua mbok ya ngalah sama yang muda kyak aku ini gitu lho…
Dollah : rai cak kau dikatoke mudo, lah gilo yang ngomong tu.
Melihat para suami mengoda juminten para istri langsung menghampiri mereka.
Minah : heh yong lah sue die gaye nga sikak ni
Siti : iya mas dari tadi bukan nya kerja malah asik ngobrol dengan cecek genit satu ini.
Juminten : hei mbakyu-mbakyu, jangan sembarangan ngomongya suami kalian sendiri yang kurang kerjaan. Masak ya tadi mereka ngajakin aku nikah gitu. Ya untungnya mereka bukan tipe aku aja ya ku tolak
Minah : ape… beno yong yang di kateke betino sikok ikak ( menjewer telinga Dollah)
Dollah : (membela diri)oi dek dak bener itu tu madak I aku galak dengan betino cak dio
Juminten : eeh bohong itu mbak jelas-jelas tadi mereka menggoda saya dan ngajakin kawin, sekarang malah ngatain saya wanita penggoda
Siti : (kesal) awas ya mas sampean tunggu dirumah ( sambil mencubit tubuh Tejo)
Tejo : ampun dek ndak lagi kok
Dollah danTejo langsung lari, sedangkan Juminten tertawa terbahak bahak
Juminten : makanya mbak kalau pingin disanyang suami harus cantik seperti saya. Lihat wajah dan body saya seperti Katte Medelthon istrinya pangeran williem
Minah : apo dak salah yang ado kau tu cak kambing dipopori katek bagus-bagusnyo
Siti dan Minah tertawa
Siti : bener mbak
Juminten : (kesal) eh kalu ngimong mbik ya diatur, memangnya kalian nggak sadar pa penampilan kalian itu seperti apa .
Akhirnya pertengkaran antara mereka tak terkelakan lagi, Siti dan Minah mengeroyok Juminten. Setelah saling ejek mereka saling tarik-menarik hingga seperti orang gila. Dan tanpa mereka sadar ternyata mereka telah menjadi tontonan gratis dagi warga. Mereka pun malu dan akhirnya mereka berhenti bertengkar dan kembali kerumah masing-masing dengan kondisi yang berantakan.

Penyesalan
( Oleh: Lusiana 2008112163 )

Ada suatu Keluarga yang hidup dengan serba kemewahan mereka sering menghambur-hamburkan uangnya untuk hal yang tidak penting, padahal mereka mempunyai anak yang sangat berbeda sifat dengan orang tuanya, yang baru duduk di kelas 2 SMP, walaupun anaknya sering menasehati kedua oarangtuannya tetapi malahan mereka tidak mau menanggapinya, mereka menganggap omongan anaknya tidak berarti apa-apa baginya, anak mereka juga tidak boleh bergaul dengan orang miskin. sampai pada malam hari di rumah mereka sedang berkumpul dan berbicang bincang di ruang keluarga.

Mamah : Papa ! tadikan mama ke Mall bersama teman arisan mamah, mamah melihat perhiasan yang sangat bagus dan langka lho !!! bolehkah mamah membeli perhiasan itu ??? ( duduk di samping suaminya sambil menarik-narik baju suaminya )

Papa : Tentu saja boleh, apa sih yang enggak buat mamah, mau mamah membeli Tokonya juga papa belikan kok !
Mamah : Wah ! papa baik sekali dengan mamah terima kasih ya pah !!!
Papah : Iya mah sama-sama !
Lucy : Mamah, bukankah kemarin mamah baru membeli kalung berlian ? mengapa sekarang mamah ingin membeli perhiasan lagi ?
Mamah : Sudahlah biarkan saja, lagi pula papah mu mengizinkan mamah untuk membelinya kok !! memangnya kamu ingin membelinya juga ?
Lucy : Tidak-tidak, tapi mah… itu kan sama saja kita melakkan pemborosan, apa lagi mamah kan setiap hari selalu mejeng diMall bersama teman arisan mamah.
Papah : Sudahlah nak.. tidak apa-apa selama kita masih hidup berkecukupan, kita boleh kok melakukan atau membeli-beli barang yang kita mau, memangnya kamu mau papah belikan apa ?
Lucy : Oh tidak usah pah… terima kasih, tapi apa salahnya kita berhemat, bisa saja saat kita kesusahan dan krisis nanti kita dapat memakainnnya .
Mamah : Helloo ???? jaman sekarang berhemat untuk apa sayang ??? apa kau tidak melihat perusahaan papah mu itu ada dimana-mana, seharusnya kamu bersyukur hidup serba berkecukupan seperti ini malah ingin berhemat !!
Lucy : Ya sudahlah mah, aku kan tadi hanya usul saja ! baiklah mah sudah larut malam aku ingi tidur dulu ya ! selamat malam semuanya( bersalaman kepada kedua orang tuanya )
Papah : Salamat malam juga sayang, mimpi indah ya nak !!!
Lucy : Iya pah ! ( sambil menuju Kamar )

Pada keesokan paginya mereka bersiap-siap untuk melakukan aktifitasnya masing-masing anaknya ber Sekolah dan papahnya berangkat ke Kantor, di sekolah Lucy mempunyai tiga teman mereka mempunyai sifat yang berbeda-beda ada salah satu temannya yang kurang mampu tetapi sangat baik hati, pintar, ramah rendah hati dan percaya diri, sedangkan dua temannya itu memliki sifat yang sombong, suka memilih-milih teman, jahat,,memang mereka berdua adalah orang yang serba berkecukupan,sampai padasuatu hari di sekolah ada sedikit perselisihan dan kebetulan juga mereka sekelompokuntukmengerjakan tugas Sekolah.

Lucy : Hai bagaimana ini, kita kerja kelompoknya kapan ? sebentar lagikan tugas Sekolahnya akan seger dikumpulkn.

Ikal :Wah ia juga ya,bagaimana jika nanti sehabis pulang Sekolah, tetapi kita berkerja kelompok dimana ?

Gisela :Yang pasti kita jangan bekerja kelompok di Rumah Ikal, Rumah dia kan kecil dan kumuh,laginkan aku nggak boleh sama orang tua aku jika bermain ketempat kumuh-kumuh seperti itu .
Joe : Iya betul sekali itu pastikan Rumah Ikal itu bau banget dan sempit sekali, pokoknya aku tidak akan mau kerja kelompok jika dirumah Ikal !
Lucy : Teman kalian jangan ngomong seperti itu, belum tentu apa yng di ucapkan kalian itu benar, lagiankan tujuan kita itu untuk belajar bukan untuk bermain !
Ikal : Sudahla tidak apa-apa perkataan mereka itu benar kok,kalu kita belajar di tempat yang tidak nyaman kan juga mempengaruhi tugas kita juga .
Joe : Bagaimana kalau di Rumah Lucy saja !
Gisela : Iya aku setuju, papah dan mamah aku kan kenal dekat dengan orang tua mu Lucy!
Lucy : Ya sudahlah, kalian langsung ke Rumah ku ya, nanti aku di jemput dengan mobil, kalian bisakan ?
Ikal : Okelah !



LIBURAN
( Oleh: Herlia 2008112192 )

Pelaku:
- Pak Hanafi
- Ibu As
- Calon Menantu
- Purwoko
- Istri Purwok

Suasana:

Adegan terjadi malam hari di suatu ruangan (Bu As sedang membuka-buka brosur wisata ke luar negeri)

Pak Hanafi : (dalam hati) “Dasar orang miskin, bisanya cuma mimpi. Emangnya, kalau sudah buka-buka brosur begitu. Lantas sudah merasa berada di luar negeri …? (Calon menantu duduk di samping Pak Hanafi)
Calon menantu : “Ibu mau pergi ke mana untuk merayakan Tahun Baru?”

Bu As :“Lha ini, aku sedang bingung. Pokoknya rahun ini aku harus keluar dari orbit ibu-ibu kompleks sini.Sudah bosen merayakan Tahun Baru dengan mereka. Perayaan Tahun Barunya tidak mengesankan. Hanya bakar sate, lantas apa lagi goreng singkong. Nggak berkesan!”

Pak Hanafi : ‘Lha itu, Bu, untuk membeli kenangan alangkah mahalnya, harus pergi ke hotel, atau tempat lain. Tabungan dikuras.”
Bu As :“Yang penting puas. Pak. Bapak kok iri sama orang berduit?”

Calon menantu : “Terus, Ibu mau ke mana?”

Bu As : “Aku sedang bingung. Mau Tahun Baru ke Prancis, di sana sedang ada pemogokan. Transportasi lumpuh. Masak, pergi ke Prancis cuma mendekam di rumah Saudara. Kan, nggak enak. Mau nengok family di Kanada, di sana sedang musim dingin.”

Pak Hanafi : (mencibirkan bibirnya)

Calon menantu : “Kan, ada baju tebal.”

Bu As : “Bukan perkara baju tebal, tetapi rematikku ini, lho. Bisa kambuh nanti.”
Calon menantu :“Ke Australia saja, Bu As. Di sana kan sedang musim panas.”
Bu As : “Ya, ngapain ke sana. Cuma melihat kanguru. Sudah ada, tuh, di sini. Di kebun binatang. Kenapa mesti ke sana.”

Pak Hanafi :“Alasan rematik, alasan kanguru, orang tidak punya tabungan saja, Ibu berlagak ….”
Bu As : “Siapa tahu ada yang mengongkosi ….”
Pak Hanafi : (agak marah) “Bu, di depan calon menantu jangan ngomongbegitu, nanti dikira nyindir ….”
Calon menantu : (sambil meringis) “Saya sudah kebal kok, Pak, oleh sindiran. Saya memang orang yang benar-benar tidak punya.”
Bu As :(menjadi berang) “Bapak menuduh asal asalan.Memangnya aku minta diongkosi oleh menantu”
Pak Hanafi : “Yaa … misalnya, orang lain, mau Bu?”
Bu As : (Wajah berangnya kontan hilang, berubah terbelalak penuh harap). “Lho, siapa, Pak, yang mau mengongkosi?”
Pak Hanafi : “Ada, mau?”
Bu As : (sambil melihat kesungguhan suaminya). “Ya, mau.”
Pak Hanafi : “Ibu loncat pagar saja di kedutaan!”
Calon menantu : (tertawa terbahak-bahak).
Bu As : (kebingungan) “Lho, bisa toh, Nak?”
Calon menantu : “Ya, bisa, Bu, tetapi itu namanya minta suaka politik.”
Pak Hanafi : “Ya, nggak apa-apa, Bu. Ibu bilang saja pada orang kedutaan, sudah bosan tinggal di Indonesia. Punya suami sudah gaek, tidak bisa apa-apa. Di luar negeri jadi gelandangan juga diberi uang, kok, Bu.”
Bu As :“Huu, menghina, jadi gelandangan …. nggak, nggak sudi yaa ….”

Tiba-tiba terdengar suara “bluk” di belakang rumah.

Bu As : “Lho, apa itu?”Calon menantu lari ke belakang. Bu As dan Pak Hanafi menyusul. Di pojok belakang ada sesosok lelaki terduduk. Kelihatannya habis loncat dari pagar dan kakinya sedikit kesakitan.
Bu As : (teriak) “Maliiiiing!”
Purwoko : “Bu, saya bukan maling, tetapi tetangga di belakang rumah Ibu.”
Bu As : “Lho, Nak Purwoko ….”
Purwoko : “Iya, Bu ….”
Pak Hanafi : (mendekat). “Dik, ini bukan kedutaan. Jangan minta suaka di sini. Apalah saya ini. Saya tidak permah melamar jadi duta besar, kok Adik mencari suaka di rumah saya ….”
Purwoko : “Maaf, saya … ng … saya mau dibunuh istri saya ….”
Bu As : “(geleng kepala). “Wah, ini perkara perselingkuhan. Pasti ini. Biarlah suami istri orang Inggris saja yang pada selingkuh. Kenapa pada tiru-tiru.”
Pak Hanafi :(tertawa). “Perselingkuhan lagi nge-trend, kok, Bu.Menurut ramalanku, tahun 1996, bakalan banyak perselingkuhan. ”Purwoko tidak menghiraukan ocehan-ocehan tersebut dan hendak meninggalkan mereka, tetapi ….
Pak Hanafi : (sambil mengajak masuk ke dalam rumah). “Sudah, ditenangkan dulu.”
Purwoko : “Saya ini, ‘kan orang kapal, Bu. Sering keliling dunia “

Pak Hanafi melirik Bu As.

Pak Hanafi : “Itu, Bu, kalau mau keliling dunia secara gratis, Ibu jadi orang kapal saja ….” Bu As : “Sembarangan. Orang kapal ….” Purwoko : (menengah) “Saya sudah bosan jadi orang kapal.Saya mau jadi orang daratan saja, Bu. Eee … istri saya malah marah. Katanya, di daratan banyak pengangguran. Lantas ia memaksa saya untuk berlayar lagi, tetapi saya tidak mau. Istri saya marah.
Lantas saya menuduh dia lebih senang saya tinggalkan. Biar bisa bersenang-senang dengan lelaki lain ….”
Pak Hanafi : (sambil mengangkat tangan). “Lho, bukan saya.
Saya sudah tua, lho ….”
Purwoko : (tersenyum) “Terus dia marah dan bawa pisau dapur. Saya mau ditusuk. Lantas saya lari.”
Calon Menantu : “Masak, tidak bisa dicegah sendiri. ‘Kan lelaki lebih kuat.”
Purwoko : “Saya menangkis dengan bantal dan guling sampai bantal dan guling itu ‘bodol’, tetapi dia tetap saja mengamuk. Lantas saya lari.”
Pak Hanafi : “Wah, ini pertanda berita tentang pembunuhan pada tahun 1996 semakin banyak. Tabloid-tabloid tidak bakal kekurangan bahan. Baiklah, Nak Purwoko di sini dulu. Saya mau tengok istri Nak Purwoko.
(sambil menepuk bahu calon menantu) “Ayo, temani Bapak ….”
Bu As : “Biar, aku saja ….”


















PASAR PAGI KEROK
( Oleh: Widya Amestika 2008112162 )

Kicau burung mengiringi indahnya pagi, sembari Romlah yang ikut menyiapkan barang dagangannya berupa sayur mayor serta jengkol, pete gan kabau, lalapan yang tak pernah ketinggalan. Sedangkan mak yang sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi sambil meniup api bi tungku demi ubi yang direbusnya. Teriakan mak yang terdengar cukup kuat ketelinga Romlah.

Mak Romlah…. Oooo Romlah, kemane pulek kau ikak, alangke cak ngelete segale gawe. (dambil memabukkan ubi ke dalam piring)
Romlah Waw mak ikak, alangke cak ngerepete. Sekampong angat tedengo gale (berjalan ke dapur menemui maknya)
Mak Ikak die noh makanlah dulu. Agek kelapoan, jadilah pulek pagi ikak tobo makan ubi kayu.
Romlah Ao mak ai, tobo syukuri bae sue yang ade, kalu mojor, jualanku saraikak abes.
Mak Ao, tobo bedoa bae, untuk saraikak.
Romlah Dang jadilah, aku nak pegi. Agek lah tenga aria pulek, kalangan sepi. Assalamualaikum. (sembil pergi membawa dagangannya
Mak Walaikumsalam. Ao, ati-ati bae. Jangan petang igek balek tuh.

Setibanya di pasar, Romlah menyiapkan seluruh dagangannya. Tiba-tiba mang Udin datang.

Mang Udin :oi Romlah, sue gawemu? Alangke cak sagate. Mane petai nga jereng tu? Aku nak meleh.

Romlah Oi mang, cak dak taunye pulek. Akukak empai datang, nak nyiapke perebot jualan kak i. agek dulu ek, kukeluoke dulu sue je kamu tuh. Petai nga jereng kan?

Mang Udin Ao gancang dikit, aku kak nak meli pekasam. Agek lah abes pulek.
Romlah Noh, kamu nak pekasam pulek pae? Ikak aku ade, empai muat. Pekasam Paten pulek. (sambil menunjukkuan ikan buatannya dengan bangga)
Mang Udin Ai, kau lah buat pekasam pulek. Lemak dak?
Romlah Ai ceto bae lemak. Coba bae, empat ribu seperapat.
Mang Udin : ao jadi. Mun cak itu. Bongkoslah!
Romlah (sibuk membungkus pesanan pelanggannya, mang Udin)

Bik Muna adalah seorang ibu-ibu penagih kridit yang galak pada pelanggannya, dengan garang ia menagih hutang pelanggannya.

Bik Muna oi Din, empai moncol kau, kemane bae kau selame ikak? Utang maseh banyak, dak ola moncol pulek kau.

Mang Udin ya mbok kamu ikak, pagi aria bute ikak lah betagean. (sambil senyum-senyum)

Bik Muna ao ai, mun langgananku cak kau gale nak pagi-pagi aku kak. Mun siang kodak belarai gale, dak bole aku betagean.(sambil sibuk meneluarkan buku catatannya)
Romlah ya bik, kamu ikak. Cak takut wang dak mayo. (dengan wajah sinis ia bicara)
Bik Mina sue pulek kau ikak Romlah. Tedenggong ape kau dengan omonganku tadi?( berpaling menghadap Romlah)
Romlah bukan cak itu, tapi kire-kire dikit ngomong kak. Jangan basing bae.
Mang Udin dang oi, nak bebala kak I aria maseh pagi.
Bik Muna sape pulek yang bebala, diamlah bae kau tu. Bepat bayo utangmu, jangan lame like bae.
Mang Udin ao oi, ceme pulek kau kak. Bape maseh utangku?
Bik Mina tenga due ratos lagi, bayolah gale ape!
Romlah sedeh ape mang kamu belanje, ikaklah bae ape? Aku nak nyao pulek, ade gaqe aku kak.(sambil turun dari tempat duduknya)
Romlah oi betine, kagek dulu ape kau kak. Nyambar bae, sabar dikit ape.
Romlah sue pulek kamu ikak? Bukan cak itu aku tu ni. Gati aku nak gancang, ade gawe dikit. Bukan nak nyambar cak sue je kamu tu ni.
Bik Mina nah kau ikak. Melawan aku ek? Awak ade utang jugek nga aku!
Romlah ai bik kamu tuh, aku Cuma nanye bae nga mang Udin, geti aku ade gawe.(sambil memukul meja sayurnya)
Mang Udin ao dang itu bae Romlah lanjeanku, jadi bape galenye?
Bik Muna hoi lanang, bayo du yang aku. Kagek dulu meroro betine kecik ikak (menunjuk kea rah Romlah)
Romlah nah kamu ngateke aku kecik pulek. Kele, awak gwmok itam dak same nga wang awak kak.

Suasana hirukpun terjadi, keributan antara Romlah dan bik Mina semakin panas.

Iyan (panik melihat keributan terjadi, dengan sigap ia turun dari tempat duduk yang semula di di samping Romlah dan mencoba melerai pertengkaran yang terjadi). Oi danglah ribot pagi aria, malu do\ikele wang.

Romlah kagek dulu Yan, die kak nulu ngateke aku. Suelah kendak e?
Iyan (bingung)
Bik Mina bukan! Kendakmu yang sue? Awak kecik ngateke wang tue.
Iyan (berlari pulang menuju rumah Romlah dan melaporkannya pada mak Romlah)

Sementara itu, keributan masih terjadi.

Iyan Assalamualaikum, mak,,,, oooooooo mak!!!
Mak walaikumsalam, sue pulek kau ikak Yan? Tepekek-pekek. Sagat bae. (sambil membenerkan kain sarung yang ia pakai hamper lepas dan sambil berjalan menemui Iyan)
Iyan oi mak, kele noh anak kamu di kalangan, berebot nga bik Muna.
Mak ai sue pulek Romlah ikak. Nak bebala-bebala, lah tau Muna tuh dalak ngerepet.
Iyan ao co payo mak, kesitu tobo.
Mak ao payo-payo, kagek dulu ek aku nak ngangkat jerangan nasiku dulu. Agek motong pulek, beras lah dak kaetek. (sambil berlari kedapur pula).
Iyan cepatlah, gancang dikit kamu tuh.

Keduanya pergi ke pasar, dengan berlari-lari kecil. Setibanya di pasar mak dan Iyan mealihat Romlah dan bik Muna saling tarik-tarikkan rambut dan saling dorong-mendorong pula.

Mak oi Romlah, dang dang danglah oi, danglah. (manarik Romlah)
Bik Muna noh, mak e datang. Kele noh anakmu, alangke cak kurang ajare. Ajoi ape.

Romlah kamu itu nih katek agok dak keruan, dak kade ngerepet basenge bae, ngateke aku budak kecik pulek.
Mak sedem-sedem, kamu ikak oi. Arai maseh pagi cak ikak, bebala nga kalangan rami. Waw dah!
Mang Udin : (duduk sambil minum kopi dan makan gado-gado di tempat langganannya, yang tidak begitu jauh dari tempat perkelahian). Waw alangke lemak makan oi, perot lapo-lapo ikak. Sambel ngele wang bebala pulek. Hahahaha….
Iyan noh, kele mang Udin kelema an makan. Oi mang kamu ikak, alangke cak dak beijenye.
Mang Udin perotku lapo, ngele kamu ribot lemak aku makan. Meringam bae.
Bik Muna bayo utangmu tu ni Din!alangke cak kelemak an kau, makan tula. (sambil berjalan menuju mang Udin).
Mang Udin : dari pade kamu, berebot dak keruan agok. Lemak aku makan dulu.. Noh 50 ribu dulu, kubayo. Sisenye agek.
Bik Muna ao ai, jadilah. Mane yang kau Romlah? Bayolah! Lah ringam aku ngele rai mu.
Romlah noh lime ribu dulu, sisenye agek. Belom bole duet aku bejualan pagi kak. Lantak berebot nga kamu.
Bik Muna waw, maseh bae ngutang. Belum nak ngelunasi. Nyao ai dah aku, ringam ngele rai kamu gale-gale di sikak. (sambil pergi meninggalkan semuanya)
Iyan untung aku balek, manggel mak mu. Endak tuh, kalu lah bekaparan.
Romlah kau ikak namenye, baseng bae tau dak nak bekaparan. Bukane sue aku kak.
Mang Udin : oi galenye, balek aku. Peneng kapalak ku pagi ikak, ngele kamu gale-gale.

Iyan dan Romlah: ao lajulah.

Mak makmane pulek Romlah, kamu ikak mak pecak bebala?

Romlah ai mak ai. Danglah nak mekerkenye, cak dak tau bik Muna bae.
Mak ao ngape kau layani mun kau lah tau.
Romlah sedemlah ai, baleklah kamu tu. Aku nak jualan pulek. Dak pape aku kak. Doake bae abes jualanku. (sambil kembali naik ke bangku tempat ia berjualan)
Iyan (kembali duduk di sebelah Romlah dan melanjutkan kegiatannya mengikat kangkung)
Mak ao sedem mun cak itu, nak balek aku. Ati-ati bae kamu di sikak.
Romlah ao mak. Assalmualaikum.
Mak walaikumsalam. (sambil pergi meninggalkan Romlah)

Suasana Pasar pun kembali seperti semula.

Naskah ini menceritakan tentang suasana hiruk pikuk di pasar, dengan menggunakan bahasa dari daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir. Dengan lima tokoh yakni Romlah, Mak, Bik Muna, Mang Udin dan Iyan. Semuanya menggunakan bahasa daerah Tanjung Raja.





Pencuri Alim
( Oleh: Putri Pertiwi 20081112178 )

Kala itu pagi begitu cerah, hangatnya matahari sangat terasa hingga ke dalam sukma. Di pelosok nan jauh dari keramaian, debu bercampur asap berterbangan yang dapat mengganggu pernapasan. Kawasan yang dikelilingi pepohonan rimbun, terdapatlah sebuah desa yang berhawa dingin dan sejuk. Penduduk yang rata-rata seorang petani dan peternak selalu bersemangat setiap harinya demi mencari sesuap nasi. Suatu hari....

Tarjo : Sebaiknya aku istirahat dulu saja, mengisi perut yang dari tadi berteriak.
Rohim : Aku juga kalau begitu.. Kita sejenak beristirahat di pondok itu saja Jok!
Tarjo : Oke, ayolah..
Sarmin : Wah, enaknya kalian. Bagi dong.. haahahaha
Tarjo :Ayo ke sini, kita makan bersama.
Sarmin :Silahkan kalian sajalah, aku tak ingin makan bersama kalian semua (pergi begitu saja).
Rohim : Yeeh.. siapa juga yang mau makan bareng kamu. Huh dasar! “Buat selera makan hilang saja”, gerutu Rohim.
Tarjo : Sudah, sudah.. ayo makan lagi. Memang begitu sifatnya anak itu, jadi maklumi saja Him..
Rohim : Iya deh.. Pulang yuk Jok, sepertinya hari mau hujan. Bagaimana kalau kita lanjutkan besok saja membersihkan ladang ini.
Tarjo :Ya sudah ayo, tak terasa hari juga sudah sore.

Fahmi : Sarmin... hei Sarmin... Dari mana saja kamu, aku cari di rumah malah ada di sini. Sarmin : Hahah kasian, mencari aku keliling-keling ya?
Fahmi : Dari mana saja kamu?
Sarmin : Habis jalan di kampung sebelah, aku bertemu Si Tarjo dengan Si Rohim tadi.
Fahmi : Hahah mereka berdua itu memang bodoh. Sudahlah sekarang bagaimana bisnis kita kawan?
Sarmin : Ayo kita beraksi malam nanti. Aku ingin pertama kita usik kediaman Rohim. Hahaha.....
Fahmi : Ayo kita rundingkan di markas kita saja!

Tibalah suatu malam, mereka berdua beraksi di kediaman Rohim,
perlahan-lahan namun pasti mereka berjalan dan masuk lewat jendela.

Sarmin : Ssstttt..... pelan-pelan (melangkah dan sambil mengindap-indap). “Ayo kita berpencar”, ucapnya.
Fahri : Iya...

Saat mereka berpencar satu sama lain, tiba-tiba Fahmi melihat ibunya Rohim sedang sholat. Dia terpaku melihatnya, ia terkenang akan ibu yang telah meninggalkannya..

Fahmi : Ibuku.. Maafkan anakmu ini. Aku rindu ibuku.., aku ingin bertobat.

Aku tak mau terus begini, nasihat ibu selalu menghantuiku. Aku harus merubah sifatku, (ucapnya dalam hati). Fahmi pun pergi dari rumah itu, ia meninggalkan temannya. Ia telah sadar dan berjanji akan berubah dan menjadi anak yang sholeh. Akhirnya Sarmin dipenjarakan.

Pesta Perampok
( Oleh : Ridho Sucipto 2008 112 183)


Dipertengahan malam

Perampok I : Mari kita rayakan kemenangan kita. Ya..Sebuah kemenangan besar..
Perampok II : Ya..kita adalah pemimpin lagi pula tak ada yang berani menentang kita. Hahahaha
Perampok III : Lebih baik kita habiskan uang ini untuk wanita-wanita ini, mari kita bersulang..mari kita mabuk. Biar kuhabiskan uang kantorku.
Perampok IV : Aku bingung menghabiskan uang ini…Uang-uang.
Penari : (menari-nari mengelilingi keempat perampok yang tak sadarkan diri)

Di ruang perkantoran

Pak Andi : Wah pak bagaimana proyek pengalihan lahan pertanian menjadi lahan pertambangan. Apakah bisa kita acc Pak?
Pak Iwan : Sebagai pejabat terkait saya tidak akan mempersulit, semuanya mudah asalkan ada pelicinnya.
Pak Andi : Ah itu bisa di atur.
Pak Iwan : Jangan Sampai batal(sambil berbisik ke Pak Andi)
Satpam : Wah..wah..hem..hem..
Pak Iwan : Sudah kau pergilah ke depan Pak Satpam, nanti ada bagianmu.
OB : Tapi (sambil duduk melamun)
Pak Iwan : Tapi apa? Kau mau nasibmu hanya sebatas tukang sapu sampai akhir hidupmu.(nada mengejek)
OB : Aku tak mau. Aku tak ingin sandiwara ini terbongkar. Aku yakin bangkaimu akan tercium juga.
Pak Iwan : Diam kau keparat ! (mengebrakkan tangan keatas meja). Tak usah mengguruiku, apakah setiap ada pemeriksaan kita tertangkap. Tidak pernah bukan, skenarioku berjalan dengan baik.
Pak Andi : Sudah-sudah lebih baik kau urusi saja kaca-kaca yang kotor. Aku aneh melihatmu kemarin batu kau makan, kaca bahkan kawat juga kau makan. Sekarang malah jadi Kyai, apa kau merasa hebat sebagai office boy.hahaha
OB : (hanya bisa diam lalu pergi)
Pak Iwan : Lihat saja, kau akan berterimakasih kepadaku. Karena aku akan menyiapkan skenario berikutnya. Ambisi terakhir kita, akan kita mulai.

Target dimulai

Pak Iwan : Ayo Pak Andi bergegaslah cepat. Cepat kau kuras seluruh harta negri ini. Ayo cepat !
Pak Andi : Ya sebentar lagi matahari tak kan mampu mencari kita bersembunyi, tak kan mampu bintang tersenyum, dan tak kan ada lagi bulan dinegri ini.
Pak Iwan : Ayo kita pergi, tinggalkan saja negri jahanam ini Hahahhaha. OB telah menyiapkan mobilnya dan Satpam bodoh itu telah menyiapkan pesawatnya. Ayo kita buka lembar baru dinegri baru.
Pak Andi : Ya Pak, terimakasih pak. Bapak telah membantu ku bangkit dalam kehidupan. Kalau tidak bapak tolong mungin ku sudah jadi pengemis. Karena tak mampu bersaing dengan lulusan sarjana yang jumlahnya berpuluh-puluh juta hingga tak terhitung lagi.
Pak Iwan : Ah.. biasa saja, sekarang yang kita pikiran adalah bagaimana agar kita lekas pergi dari sini..kita kaya sekarang!
Pak Andi : Ayo Pak, kita pecundangi saja negeri ini..(sambil mengepalkan tangannya)
Pak Iwan : Ya..aku juga tak sudi lagi hidup di negri ini. Karena negeri ini yang memaksaku berbuat begini.
Penari : Melantunkan tembang sambil menari-nari, mengiringi kepergian pemimpin negri. Pemimpin yang seharusnya membela rakyat dan mengayomi rakyatnya kini telah meninggalkan negriku tercinta.












BANJIR.MACET, NGANTRI,DI PGRI
( Oleh: Amin Syahril 2008112176 )

Diantara hiruk pikuk lalu lalang mahasiswa, tiba-tiba langit menghitam, udara terasa dingin, langit bergemuruh, angin semilir membawa debu-debu jalanan dan tidak lama kemudian awan melepaskan air matanya ke permukaan bumi.
Mindar : “Yeng ak u tunggu di depan pgri e? jangan lamo.”
Ayeng : “Iyo aku photo kopi bentar,”
Mindar : “Yo lajula cepet dikit .ku lanjak ke gek u…”.
Ayeng : “Iyo ow nak marah pulo!!!”
Mindar : “Ai yeng cepet nian fhoto kopinya ?”
Ayeng :“Katonyo nak cepet……cak mano kau ne..gek Kau kutangani.”
Mindar : “Santai yeng wong sabar di sayang tuhan…insyaAllah cepet dipanggil tuhan….ha.ha…ha”
Ayeng : “Pilek …min.”
Mindar : “Ai yeng kayaknyo nak ujan ne..lokak datag lagi langganan pgri”
Yeng : langganan po min ???????????
Min : biaso..banjer, kalu ujan kan pgri berubah jadi cak kolam iwak tu..
Yeng : ow kiroin langganan apo….klu langganan itu la biaso min.
Min : iyo pgri ni ,,,, bayaran la mahal, masalah banjer be dak biso ngatasinyo…
Efin : oy bro..ngpoin disini ????apo dio di omongi tu cak iyo-iyo nian,,,…..
Min : ne na ..bentar lagikan caknyo nak ujan ne..kalu ujan kan pgri pgri banjer…
Efin : trus kalu banjer nak di apo ke??????????????????????????????
Yeng : yo dak nak di apo-apo ke…..kito kan Cuma ngomongi masalah pgri yang kalu ujan selalu banjer ne.
Min : bukan banjer bae yang jadi masalah pgri..???????????
Yeng : apo lagi min masalah yang laen di pgri ni??????
Min : kayak parker yang maseh dak teratur tu, pasilitas di dalem kelas tu na kayak kipsa angin banyak yang macet,,,
Efin : gaya kau min ..kau bae yang jadi rector…biar masalah pgri ne selesai……….
Min : bukan kayak itu fin.. kito ni kan bayar kulya ne wajar alu kito nontot kenyaman dalem belajar . klu kipas angina mati kan otomatis panas kito belajar jadi dak konsen.
Yeng : yo jangan rector enak-enak be turon mobel naek mobel jadi dak ngoros masalah banjer, macet, trus parker yang dak teratur.
Min : sikok lagi nah masalah pgri ne …masalah bayaran yang.. selalu ngantre kalu nak bayaran kayak wong ngantre blt be…
Efin : nah iyo min kalu bayaran tu galak ngeseli nian. sampe te keringet nunggu .
Yeng : lemak nunggu tu denget …….. ne lamo nian ,,sudah lamo. Banknyo cepet nian tutup .. madai jam dua bank sumsel yang jadi kas pgri tu la tutup..
Min : bener itu yeng, harusnyo kan kan jam 3 po tutupny, kadang tu galak kesel samo karyawan bank sumsel tu….. rasonyo nak ku katoi dio tu …………………
Efin : bukan di bank be cak iyu wongnyo..di BAA tu karyawanyo jugo galak merajuk ..awak di bayar merajuk,
Yeng : dak tau jugo e pgri ne.gedung lantai empat mahasiswa banyak eeeeeeeeeeeeee. Kipas anginya be dak te bener dio...po lagi gotnyo kecil nian ,
Efin : iyo dak pantasla pgri ne gedung megah ,gotnyo kecik cak mano dak banjir kalu ujan,
Min : lemak kalu kecik tu gotnyo bersih , ini sudah kecik mampet pulok gotnyo,,
Efin : rai mu tu min kayak got mampet…….ha…………..ha.ha..ha
Min: kalu aku kayak got mampet… kau kayak banyu yang ngaler dalem got itu…busuk.ha…ha……ha
Yeng : rai kamu tu samo-samo kayak got saling kato…..ha…ha….ha……….a…a…a
Min :ai fin, yeng cak dak sadar mak itu kalu lebih parah dari kito beduo , untung be dio tu hidup.
Efin : yo la jahat ,item, hidup pulok, lengkap nian penderitaan kawan kito sikok ini min,,ha…..ha…….ha..aaaaaa
Yeng : ai dayak kamu beduo e…seneng nian jingok kawan susah.
Min : jingok kau susah adalah suatu kewajiban bagiku yeng . ha.ha…….a
Yeng : pileeeeeee…….kau min …galak pulok e pgri ne nerimo wong kayak kau ne,,ee
Efin : iyo yeng ado e calon guru kayak dio ne…lokak rusak masa depan Indonesia, ha.ha.aaaaaaaaa
Min : samo be kalu kamu beduo jadi guru,,lokak banyak murid-murid kamu cewek i ..rusak anak wong kalu kamu beduo jadi
Yeng : oyo Min pgri ne . bener jugo kto kau tadi sejam be hujan pasti berubah cak kolam.
Efin : bagus yeng kan pacak berenang , di tengah-tengah lapangan pgri gratis pulok.
Min : iyo lajula kau be berenag ajakla rector samo ketuo yayasan kito,
Efin :ngpo pulok nak ngajak wong bedu itu?????????????????????????
Min :biar mereka tau kalu pgri ni galak banjir……..
Yeng : apo urusannya kalu wong duo itu tau kalu pgri ne galak banjir, yang pasti dak mungkinla wong beduo itu dak tau.
Min : yo kalu wong duo itu tau kan …dorong be diotu ke dalem banyu got tu.
Efin : lagi ngomong cak itu dio lewak..mati kau eeee..langsung kau di pecat jadi mahasiswa pgri.
Yeng : bukan tu be fin kalu ketawan pak rektor….asli dio ne langsung tenggoran..
Min : kamu beduo nela .mahasiswa yang dak berani nyampe ke aspirasi yang ado dalem pekeran kamu…
Fin :laen nian budak tu yeng nak jadi wong nian caknyo,,,,,,,
Yeng : biarla fin mati dewak gek dio tu..ha.ha.aaaaaaaa
Min :yo sudah bro kito balek ..ngomongi pgri dak katek habisnya…













Naskah Drama
Oleh, Hasani (2008112 )

Pada suatu pagi, disebuah kampus ,mahasiswa duduk dan menanti kedatangan seorang dosen baru. Kepala rektor dan bu siti masuk secara berdampingan
Kepala rektor : ”ini bu siti ,Berusahalah tenang, jangan nakal tunjukan kepada bu siti bahwa kalian adalah mahasiswa yang patuh’’.
Menatap ibu siti dan mempersilahkan beliau untuk memperkenalkan diri
Bu Siti : menebarkan pandangan sekilas kearah mahasiswa selamat pagi anak-anak.
Mahasiswa-mahasiswi : ( menyahut dengan serempak )” selamat pagi bu!”
Seperti yang telah dikatakan bapak kepala rektor ibu akan menggantikan dosen kalian yang sebelumnya pernah mengajar, panggil saja ibu siti.”
Kepala rektor berpamitan keluar ruang. Bu siti mengantar kepala rektor sampai ke pintu
Bu siti : kembali keruang kelas. Berdiri didepan meja sambil menatap mahasiswa didiknya. Sebelumnya ibu mengajar di sebuah kota kecil selama sepuluh tahun.”

Suasana kelas menegang.
Bu Siti : pasti beberapa diantara kalian sudah mengenal.”
Mahasiswi : ( mengancungkan tangan sambil bertanya dengan segera)” dimana itu, bu siti ?”




Naskah Drama
Oleh, Hasana (2008112 )

Seseorang melintas didepan mereka, lelaki tua, wajahnya terlihat pucat tampak sakit, Dirgo dan Lohan memandangnya penuh tanya sebelum tanya keherannya terjawab lelaki tua itu jatuh tersungkur sambil memegang dadanya tanpa di beri aba-aba Dirgo dan Lohan langsung menolongnya.
Dirgo : aduh kenapa orang itu
Lohan : jangan banyak Tanya dulu kita angkat ke tempat teduh dirgo dan lohan berusaha mengakat lelaki tua itu membawanya ke tepi jalan
Dirgo : orang itu pasti sakit
Lohan : ya jelas sakit sudah jelas begitu masih ngomong lagi kamu ini lelaki itu tiba-tiba merintih dirgo memberikan sebotol aqua yang selalu di bawanya lelaki tua itu meminumnya
Lelaki : kalian anak –anak baik jarang bapak jumpak anak –anak yang tulus seperti kalian
Lohan : sudahlah bapak istirahat saja tampaknya bapak sakit bapak tinggal di mana?”
Lelaki : bapak tadi dari bank, ngambil uang pensiunan dada bapak sakit rasanya nggak tahan
Dirgo : “kalau gitu biarka bapak kami temani pulang …..”
Lelaki : “ nggak usah. Bapak sudah kuat lagi sekarang” (lelaki itu memberikan sejumlah uang kepada keduanya).”ini untuk kalian bedua . bapak baru saja dapat uang pensiunan.”
Lohan : tidak. Terima kasih, pak. Oleh orang tua saya, kami nggak boleh menerima uang dari orang.”
Lelaki :” tapi ini tanda terima kasih bapak kalian bedua .” (dirgo akan mengulurkan tangannya, tetapi di tarik oleh lohan)

Lohan : “ sungguh, pak. Terima kasih. Kami sudah sangat senang bias menolong bapak. “
Lelaki : “ aduh, kalian ini benar – benar anak-anak baik. Kalau begitu bagaimana jika sebagai gantinya kalian bapak lohan segera mendekap mulutnya )
Lohan : “ terima kasih, pak kami baru saja makan. ini bungkusnya masih ada.
Lelaki : “ ya sudah kalau begitu . bapak nggak bias memaksa kalian. Terima kasih, ya bapak pulang dulu…..” ( lelaki itu pergi. Dirgo merasa nggak senang dengan sikap lohan yang menolak pemberian lelaki itu ) “ oh, ya, nama kalian siapa? “
Lohan : “ saya lohan, pak. “
Dirgo : “ dirgo pak. “


















Tiga Sejoli
( Oleh, Yosi Emilda Lestari 2008 112 381)

Ari : woy….den ngapain aja kamu duduk di sini sendirian aja kayak sapi ompong aj kamu ini!!!
Deny : enggak ngapa-ngapain Cuma nunggu orang aj
Ari : ya…iyalah nunggu orang masa nunggu kambing, yang saya maksud itu … nunggu siapa???
Deny : nunggu Ira.
Deny : ngomong kamu itu dari tadi, emangmya kamu berdua itu mau kemana???
Deny : ada dech… kamu ini mau tahu aja urusan orang.
Ari : itu juga kalau kamu mau kasih tahu aku, kalau enggak mau kasih tau juga enggak ngapa-ngapa, jangan mau marah-marah yaa..
Deny : aku ini enggak marah, Cuma kesel aja sama ira, dia janjinya jam 9 mau datang, sampai sekarang belum juga datang, gimana aku gak kesal.
Ari : sudahlah kamu ini jangan marah-marah nanti tambah tua. Emang muka sudah tua.
Deny : jangan kayak gitu, bukannya aku ini ngomong sombong yaa, biarpun muka aku ini kamu bilang sudah tua, tapi buktinya banyak cewek yang mau sama aku..
Ari : yaa ampun.. panas kuping aku denger nya (sambil menutup telinga)
Ira : maaf yaa aku baru datang jan segini, soalnya aku ada kerjaan sedikit
Deny : ra..kamu ini lama sekali, aku sudah lama nunggu di sini, kalau aku tau kamu selama ini, mendingan aku tidur dulu di rumah (dengan wajah yang sangat kesal)
Ari : yaa.. kerjaan kamu itu Cuma tidur saja, enggak ada kerjaan lain, kerjaannya Cuma buat pulau saja, mendingan pulau sumatera, ini Cuma bisanya pulau kapuk saja ( sambil tertawa mengejek)
Deny : aku jahit mulut kamu ini nanti yaa
Ari : berani kamu jahit mulut aku (sambil mata melotot sampai-sampai biji matanya mau keluar)
Ira : sudahlah.. kenapa kamu berdua ini rebut terus
Ira : ari mau ikut kamu enggak???
Ari : memang nya pada mau kemana???
Ira : kami mau jalan-jalan saja ke kolam renang,, mau ikut enggak???
Ari : enggah ah.. nanti aku ganggu kamu berdua.
Ira : yaa enggak lah.. enggak ngapa-ngapa kok, kalau aku jalannya sama pacar aku, enggak mungkin lah aku ngajak kamu, ini kan sama teman-teman kita
Ira : ayolah.. ri ikut saja biar rame!!!
Deny : yaa..ikut saja.. jangan takut enggak aku apa-apain kamu disana,, paling-paling aku jeburin kamu ke kolam (sambil tertawa)
Ari : jangan begitu, aku ini enggak bisa berenang.
Ira : ayo.. kita ini jadi pergi enggak???
Deny : ayo.. ri jadi ikut enggak kiamu ini.
Ari : yaa.. aku ikut, tunggu yaa aku mau ganti baju dulu.
Deny : alah ri anti baju segala sih,, peke baju ini saja lah. Baju ini juga masih bagus kok.
Ari : di rumah masih ada baju yang lebih bagus dari ini, siapa tahu di sana aku dapat kenalan cewak yang cantik, kan enggak malu-maluin.
Deny : sombong sekali kamu ini yaa, walaupun kamu pake baju sebagus dan semahal apapun, wajah kamu itu enggak berubah, tetap seperti inilah (sambil tertawa mengejek)
Ari : biarlah walaupun wajah aku jelek tapi masih ada pandangan orang, baju aku bagus, daripada kamu wajahnya jelek, bajunya juga jelek. (sambil tertawa mengejek)
Ira : sudahlah kalau kamu ini rebut terus kapan kita perginya.
Ari : iya..dia ini cari-cari masalah saja sama aku,, taa sudah aku ganti baju dulu, tunggu yaa.
Deny : yaa cepetlah jangan lama-lama, nanti kami tinggal.
Ari : yaa.












Bukan Siti Marwa
( Oleh :Desimandasari 2008112195)



Teriknya mentari pagi tak melunturkan pasangan suami istri itu untuk duduk bersantai di beranda rumah mereka. Desa yang jauh dari hingar bingar ibu kota membuat rasa kekeluargaan antar penduduk tetap terjaga. Rumah pasangan suami istri itu termasuk rumah yang bagus dibanding rumah warga lainnya. Di beranda mereka membicarakan mengenai anak gadisnya.

Ayah : “Buk anak kita sudah besar yah.. sudah tumbuh menjadi wanita cantik dan sukses” (ujar Ayah bangga)
Ibu : “ sudah harus dinikahkan Pak, seperti anak Pak kades itu kemarin resepsinya meriah sekali, sampai ada artis dari ibu kota.”
Ayah : “Buk kemarin Pak Syarif Kades desa sebelah menanyakan anak kita, dia amau menikahkan anaknya dengan anak kita, menurut Ibu bagaiman?”
Ayah : “ kita tanya langsung anak kita saja Pak” (menunjuk anak mereka)
Marwa :“ada apa sih Bapak dan Ibu ngomongin saya yah” (tanyanya manja)
Ibu : “iya kami membicarakan pernikahanmu”
Marwa : “apa Buk menikah??’
Ibu : “iya menikah, kamu sudah dewasa dan mendapat pekerjaan bagus, apalagi yang ditunggu?” (sambilmengelusrambut Marwa)
Ayah :“ Ayah sudah punya lelaki yang tepat Marwa” (ujar ayah tegas)
Marwa :” waktu Ayah menyuruhku kuliah dan menjadi guru aku menurut karena itu yang terbaik menurut ayah, tapi saat mencari calon suami aku yang menentukan..”
Ibu : “memangnya kamu sudah punya calon?”
Marwa : “tentu saja Bu” (jawab Marwa senang)
Ibu dan Ayah :“siapa??” (penasaran)
Marwa : “Ayah dan Ibu tahu, dia Fadli”
Ayah :“ apa?? Fadli anak si Abdulah itu?”
Marwa :“ iya Ayah.. dia punya pekerjaan yang tetap dia sama seperti ku seorang guru, jadi tidak mengecewakan Ayah kan??”
Ayah : “memang tidak tapi orang tuanya hanya petani biasa” (ujar ayah marah)
Ibu : “ Ayah tenang dulu kita bisa bicarakan baik-baik dengan Marwa” (bujuk Ibu)
Marwa : “memangnya kenapa Ayah kalau Fadli hanya seorang anak petani?? Apa itu salah?”(Marwa menahan tangis)
Ayah : “ tentu saja kau tahu Marwa tak bedentum tak bedeger(1) tak akan ku nikahkan anak ku. Memangnya berapa Fadli sanggup memberi tukon(2)??
Marwa : “memangnya Marwa ingin dijual?? Kalau Ayah hanya mementingkan tukon nanti suami Marwa merasa telah membeli Marwa dengan sejumlah uang, sehingga nanti dia akan memperlakukan Marwa seperti properti.”(sambil menangis)
Ibu : “sudah kalian jangan histeris seperti ini, Marwa ayo kamu masuk”.

(Marwa meninggalkan Ayah dan Ibunya)

Ayah : “anak itu mulai kurang ajar Buk.. masak dia mau menikah dengan anak petani, gengsi dong Buk orang seperti kita harusnya dapat besan yang sederajat..”
Ibu : “Ayah juga jangan begitu, itukan hidup Marwa jadi kita harus turuti saja siapa yang Marwa kehendaki sebagai suaminya.”
Ayah : “Ibu ini bagaimana?? Itukan memang sudah adapt desa ini, harga diri kita ditentukan oleh tukon anak kita. Ayah maunya 20 20 20 Buk, uang 20juta mas 20 suku dan beras 20 kaleng. Bagaimana buk??”
Ibu : “ia itu memang betul tapi fadli mana ada sebanyak itu, jual sawah saja tidak mungkin dapat memenuhi permintaan ayah.”
Ayah : “ya makanya biar Ayah saja yang mencarikan suami untuk Marwa.” (tersenyum bangga)

(1) tak bedentum tak bedeger=tidak meriah tidak mewah, (2) tukon=mas kawin. Rupanya Marwa mendengar percakapan antara ayah dan ibunya dia merasa begitu kecewa kepada kedua orang tuanya terutama kepada ayahnya. Dengan hati yang galau Marwa pergi meninggalkan rumah untuk pergi menemui pujaan hatinya fadli. Di dekat danau mereka bertemu.

Marwa : “ bagaimana ini kak sepertinya Ayah ku berniat menjodohkan ku dengan orang Lain.” (ujar Marwa cemas)
Fadli : “memangnya mereka tidak menerimaku?” (ucap fadli tak percaya)
Marwa : “Ayah ingin tukon ku 20 20 20, pasti kakak tidak dapat memenuhinya, akhirnya aku akan dijodohkan dengan laki-laki lain.”
Fadli :“tenang saja aku akan mengusahakannya.”
Marwa : “bagaimana kalau kita tarikan(3) saja kak?” (pinta Marwa sambil terisak)
Fadli : “tapi itu hanya akan membuat malu orang tua mu lagi pula kalau Ayah mu masih tidak merestui bisa-bisa kau tidak dianggap anak oleh mereka.”
Marwa : “mereka juga tidak mempedulikan perasaan ku saat ingin menikahkan aku dengan lelaki lain.”
Fadli :“benar kamu tidak menyesal nantinya?”
Marwa :“iya” jawab Marwa mantap dan yakin

Ayah dan Ibu Marwa pusing mencari anak gadisnya kesana kemari, semua tetangga telah ditanyai tapi tak ada yang melihat batang hidung Marwa. Mereka sudah begitu cemas, tapi saat datang sebuah surat kebingungan mereka tejawab

Ibu : “surat dari siapa Ayah? Dari Marwa? Kenapa Ayah diam?”
Ayah : “ Marwa.. “ (teriak Ayah sambil meremas kertas) “Marwa tarikan buk, sekarang dia ada dirumahketib(4).”
Ibu : “apa??"(tak percaya dengan apa yang didengar ibu merebut kertas dari tangan ayah)
Ayah : “kurang ajar anak itu Buk… dia telah membuat kita malu.. Ayah tidak mau menganggap dia anak lagi.”

Ibu tidak mengerti kenapa anaknya yang manja dan penurut berubah seperti ini, adat di desanya menganggap gadis yang tarikan sudah tidak berharga lagi, maka dia tidak wajib untuk meminta tukon, dia akan menerima apapun tukon dari pihak laki-laki. Itu berarti pihak perempuan sudah dianggap hina.Di rumah ketib Marwa terpaksa dinikahkan dengan wali hakim karena Ayahnya tak kunjung datang untuk menjadi walinya. Setelah menikah Marwa langsung di bawa kerumah Fadli.

Mengejar Badai
Oleh, Heriana (2008112198)

Hari ini hari yang cerah tepat pada hari minggu itulah yang dirasakan seorang pria yang berumur 25 tahun Rian dilahirkan disuatu desa dari keluarga yang sederhana.

Hari ini waktunya Rian untuk menyempatkan waktu untuk mengapel kerumah pacarnya yang bernama Riana. Riana mempunyai kepribadian sederhana dan bersifat keibuan itulah yang membuat Rian jatuh hati, dan mereka pun saling mencintai.

Namun kisah cinta mereka mempunyai kendala, orang trua Riana tidak merestui hubungan Riana bersama Rian dikarenakan Rian dari keluarga yang sederhana dan belum mempunyai pekerjaan tetap.

Dengan perasaan yang senang Rian bergegas menuju rumah Riana dengan menggunakan sepeda kesayangannya, sesampai didepan rumah tepat didepan pintu.

BABAK 1
Rian : “assalamu’alaikum (mengetok pintu dengan pertasaan berdebar-debaer)
Tante : ”wa’alaikumsalam…” (suara sahutan terdengar dari dalam rumah).
Pintupun dibuka terlihat seorang wanita setengah baya,yaitu ibu Riana,
Tante : “cari siapa?” (dengan suara yang sinis),
Rian : “selamat siang bu, bias bertemu dengan Riana?”
Tante : “oh, Riana tidak ada, lagi keluar rumah..”
Rian : “oh, apa sudah lama Riana keluar?” (sambil tersenyum)
Tante : “memang ada apa mau bertemu Riana?” (dengan suara yang sinis)
Rian : “ehh….mmmm..” (sesekali merunduk) namun sebelum Rian menjawab,
Tante : “sebaiknya kamu pulang saja, mungkin nanti sore Riana pulang.” (dengan suara sedikit keras dan sinis).

Dengan perasaan kecewa Rian pun permisi untuk pulang.
Rian : “terimakasih bu, permisi.” (sambil mengulurkan tangan ),
Tante : “mmm…ya.”
Rian : “assalamu’alaikum..”
Tante : “wa’alaikumsalam…” ( sambil menutup pintu ), Namun, sebelum Rian lama melangkah, tiba-tiba Riana pulang.
Riana : “kak Rian, sudah lama datang?” (sambil tersenyum senang),
Rian : “oh, Riana sudah pulang!!”
Tidak lama kemudian tiba-tiba ibu Riana membuka pintu..
Tante : “Riana, cepat masuk..” (dengan nada keras membentak Riana).
Rian : “tapi bu, kak Rian…” (dengan suara terhenti sejenak),
Tante : “cepat masuk, kamu tidak dengar apa yang ibu katakan..?”
Riana : “iya, baik bu.” (denga suara yang pelan)
“maaf kak, sepertinya lain kali saja kita ngobrol lagi..”
Rian : “ya, Riana gak apa-apa kok, turuti saja apa kata Ibu mu..”
Riana : “iya kak, Riana masuk dulu ya…!!” (tersenyum sambil merunduk).

Di rumah yang sederhana diselingi tanaman bunga-bunga yang indah diberanda rumah terbuat dari bambu yang rapid an terlihat sejuk, terlihat Rian bersama kedua orang tuanya sedang bercakap-cakap.
Rian : “pak,bu.” (dengan suara pelan )
“Rian besok mau pergi keKota untuk mencari pekerjaan.”
Ibu : “ibu senang nak, kalau kamu ada pikiran untuk bekerja, tapi ibu dan bapak khawatir kamu jauh, diKota kamu makan apa? Dan kamu tinggal dengan siapa?”
Bapak : “iya nak, apa kamu benar-benar mau keKota?”
Rian : “ibu sama bapak gak usah khawatir, Rian bias jaga diri Rian sendiri dan disana rian punya teman.”
Baapak : “ya baiklah kalau itu mau kamu nak, bapak sama ibu hanya bisa mendo’akan semoga kamu sukses dan jaga diri kamu disana baik-baik.”

BABAK II

Keesokan harinya Rian pun berangkat, setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya. Sesampainya diKota Rian melamar berbagai pekerjaan yang membutuhkan karyawan,hamper setengah tahun Rian menunggu panggilan pekerjaan itu. Akhirnya Rian mendapatkan panggilan pekerjaan disuatu perusahaan PT. SAUDANA.
Sudah berjalan 2 tahun Rian bekerja, Rian pun memutuskan untuk pulang kekampung, untuk menemui kedua orang tuanya sekaligus bertemu dengan pujaan hatinya (Riana).
Sesampainya di Halaman rumah dengan rasa senang dan gembira, Rian memandangi rumah yang sederhana dimana tempat ia dilahirkan, masih terlihat rapi dan terasa sejuk.
Rian : “assalamu’alaikum…” (dengan tak sabar Rian mengetok pintu).
Ibu : “wa’alaikumsalam…” ( sahutan terdengar dari dalam rumah).
Rian : “Ibu, Rian pulang.” (tersenyum sambil memeluk sang Ibu tercinta).
Ibu : “Rian, ya allah, anak ku sudah pulang.” (dengan senang dan gembira sang ibu nenyambut Rian), “Pak, Rian pulang pak!!”
Bapak : “Rian, Alhamdulillah kamu sudah pulang nak, bapak senang bisa melihat kamu.”
Ibu : “ayo masuk-masuk nak!!”

Diruangan tamu Rian dan kedua orang tuanya mengobrol dengan di lengkapi tempat duduk dan meja terbuat dari rotan bambu yang sederhana.
Rian : “Bu,Pak, Rian minta maaf, Rian gak pulang-pulang, Rian sudah bekerja di PT. SAUDANA.
Ibu : “syukurlah, ibu senang mendengarnya nak.”
Bapak : “ iya, Alhamdulillah kamu sudah berhasil di sana.”
Rian : “oh ya, pak,bu. Apa kabar Riana? Sudah lama tidak jumpa.”
Ibu : “Riana sudah menikah.”
Rian : “apa bu?” (dengan nada terkejut Rian menjawab).
Bapak : “ iya nak, Riana di Jodohkan kedua orang tuanya.”
Rian : “mmm…..” (Rian hanya terdiam).
Ibu : “yang sabar ya nak, mungkin kalian belum jodoh.”

Hari ketiga Rian akhirnya memutuskan untuk pergi lagi keKota dan juga mebawa kedua orang tuanya. Dan disitu Rian memulai hidup barunya bersama kedua orang tuanya, Rian percaya jodoh pasti datang, Belum saja saatnya Cinta memang bagai badai yang tidak bias dipaksakan, hidup juga bagai mengejar badai yang penuh rintangan namun tetap dilalui.
“Sesampai di tujuan”
Rian : Bapak, Ibu “sekarang tinggal dengan Rian ya” meskipun Rian masih mengontrak tapi Rian janji akan beli rumah sendiri agar kita bisa bersama.
Ibu : Iya nak… Ibu juga gak ingin lagi pisah dengan anak ibu, sekarang ibu pengen bersama Rian ya pak???
Bapak : Iya Bapak senang sekali melihat keluarga kita bersama (merangkul dengan bahagia)

NASKAH DRAMA

( Oleh: Wiwik Endang Suryani 2008112186 )

Ada suatu Keluarga yang hidup dengan serba kemewahan mereka sering menghambur-hamburkan uangnya untuk hal yang tidak penting, padahal mereka mempunyai anak yang sangat berbeda sifat dengan orang tuanya, yang baru duduk di kelas 2 SMP, walaupun anaknya sering menasehati kedua oarangtuannya tetapi malahan mereka tidak mau menanggapinya, mereka menganggap omongan anaknya tidak berarti apa-apa baginya, anak mereka juga tidak boleh bergaul dengan orang miskin. sampai pada malam hari di rumah mereka sedang berkumpul dan berbicang bincang di ruang keluarga.

Bunda: Ayah ! tadikan Bunda ke Mall bersama teman arisan Bunda,Bunda melihat perhiasan yang sangat bagus dan langka lho !!! bolehkah Bunda membeli perhiasan itu ? ( duduk di samping suaminya sambil menarik-narik baju suaminya )
Ayah: Tentu saja boleh, apa sih yang enggak buat bunda, mau Bunda membeli Tokonya juga ayah belikan kok !
Bunda: Wah ! Ayah baik sekali dengan bunda terima kasih ya yah !!!

Bima: Bunda, bukankah kemarin Bunda baru membeli kalung berlian ? mengapa sekarang Bunda ingin membeli perhiasan lagi ?

Bima: Tidak-tidak, tapi mah… itu kan sama saja kita melakkan pemborosan, apa lagi mamah kan setiap hari selalu mejeng diMall bersama teman arisan mamah

Ayah: Sudahlah nak.. tidak apa-apa selama kita masih hidup berkecukupan, kita boleh kok melakukan atau membeli-beli barang yang kita mau, memangnya kamu mau papah belikan apa ?
Bima: Oh tidak usah yah… terima kasih, tapi apa salahnya kita berhemat, bisa saja saat kita kesusahan dan krisis nanti kita dapat memakainnnya .
Bunda : Helloo ???? jaman sekarang berhemat untuk apa sayang ??? apa kau tidak melihat perusahaan Ayahmu itu ada dimana-mana, seharusnya kamu bersyukur hidup serba berkecukupan seperti ini malah ingin berhemat !!
Bima: Ya sudahlah nda, aku kan tadi hanya usul saja ! baiklah nda sudah larut malam aku ingi tidur dulu ya ! selamat malam semuanya ( bersalaman kepada kedua orang tuanya )
Ayah: Salamat malam juga sayang, mimpi indah ya nak !!!
Bima: Iya yah! ( sambil menuju Kamar )

Pada keesokan paginya mereka bersiap-siap untuk melakukan aktifitasnya masing-masing, anaknya ber Sekolah dan papahnya berangkat ke Kantor, di sekolah Bima mempunyai tiga teman mereka mempunyai sifat yang berbeda-beda ada salah satu temannya yang kurang mampu tetapi sangat baik hati, pintar, ramah rendah hati dan percaya diri, sedangkan dua temannya itu memliki sifat yang sombong, suka memilih-milih teman, jahat,,memang mereka berdua adalah orang yang serba berkecukupan,sampai padasuatu hari di sekolah ada sedikit perselisihan dan kebetulan juga mereka sekelompok untuk mengerjakan tugas sekolah.

Bima : Hai bagaimana ini, kita kerja kelompoknya kapan ? sebentar lagikan tugas sekolahnya akan seger dikumpulkn.
Ika: Wah ia juga ya,bagaimana jika nanti sehabis pulang Sekolah, tetapi kita berkerja kelompok dimana ?
Gisela : Yang pasti kita jangan bekerja kelompok di Rumah Ikal, Rumah dia kan kecil dan kumuh,laginkan aku nggak boleh sama orang tua aku jika bermain ketempat kumuh-kumuh seperti itu .
Joe : Iya betul sekali itu pastikan Rumah Ikal itu bau banget dan sempit sekali, pokoknya aku tidak akan mau kerja kelompok jika dirumah Ikal !
Mawar: Teman kalian jangan ngomong seperti itu, belum tentu apa yng di ucapkan kalian itu benar, lagiankan tujuan kita itu untuk belajar bukan untuk bermain !
Ika : Sudahla tidak apa-apa perkataan mereka itu benar kok,kalu kita belajar di tempat yang tidak nyaman kan juga mempengaruhi tugas kita juga .
Joe: Bagaimana kalau di Rumah Bima saja !
Gisela: Iya aku setuju, papah dan mamah aku kan kenal dekat dengan orang tua mu Bima!
Bima: Ya sudahlah, kalian langsung ke Rumah ku ya, nanti aku di jemput dengan mobil, kalian bisakan ?
Ika: Okelah !

Bel pulang Sekolah pun berbunyi mereka bersiap-siap untuk ke RumahBima, Bima sudah dijemput oleh supir pribadinya, mereka semua pun langsung menuju Rumah Bima . Sampai di sana mamah Bima sedang membaca-baca buku.


Bima : Bunda aku pulang ! ( mencium tangan Bundanya )
Bunda: Sayang kamu sudah pulang, wah teman-teman mu kok padac kesini emangnya ada acara apa ?
Bima: Mau kerja kelompok nda!
Joe : Selamat Siang tante ! ( mencium tanganBundanya bima)
Bunda: Iya selamat Siang !!!
Gisela : Tante selamat Siang, (mencium tanganBundanya Bima)
Bunda : Iya selamat Siang juga….
Ika : Tante, selamat Siang !(mencium tanganbundanya Bima )
Bunda : Iya selamat Siang juga !Ayo semua masuk jagan malu-malu silahkan duduk!
Ika : Terima kasih tante !
Bima: Teman-teman ku tinngal sebentar dulu ya!
Ika : Oh….. yasudah !!
Bima: Kalian mau minum apa ?
Gisela : Oh tidak usah tante terima kasih banyak!
Joe: Iya tante tidak usah, jadi merepotkan !
Bunda: Oh tidak kok !


Agak lama kemudian Lucy pun datang, dia baru saja mengganti baju ! lalu bekajar pun dimulai, pada saat belajar Lucy dan Ikal sangat serius,tetapi Gisela dan Joe malah asyik bermain dam mengobrol- ngobro ! hingga terjadi perselesihnan.

Ika : Hai kalian jangan bisanya santai-santai saja ! cepat bantu aku dan Bima menyelesaikan ini semua agar cepat selesai .
Ika : Iya kalau kalian santai- santai seperti ini akan kulaporkan pada pak guru lho !!
Gisela Cerewet sekali kalian berdua aku itu lelah dan capek !
Joe : Lagian kan tugasnya mudah sekali, kita berdua hanya ingin beristirahat sebentar saja kau jangan emosian gitu dong !
Bima : Siapa coba yang emosian, aku hanya memperingati kau saja kok.
Ika : Sudah-sudah kalian jangan bertengkar lagi, nanti kita tidak bakal selesai nih mengerjai tugasnya kan besok harus di kumpulkan !
Gisela: Baiklah !

Mereka mengerjakan tugas sekolah hingga larut malam Gisela dan Joe menunggu jemputan di Rumah Lucy, sedangakan Ikal pulang dengan berjalan kaki. Pada saat Gisela dan Joe menunggu jemputan, Ayah Bima pun datang, mereka berdua pun mengobrol-mgobrol dengan kedu orangtuanya Lucy tentang si Ikal, pada saat mengobrol Aulia sedang Kamar.

Bunda : Kalian belum juga di jemput ?
Joe : Belum tante sedang di perjalanan !
Bunda : Apa perlu supir tante yang mengantarkan kalian pulang ?
Gisela : Oh.. tidak usah tante, lagian juga supir aku sedang di perjalanan !
Ayah : Sepertinya om pernah meliat kamu ! (berbicara dengan Gisela)
Gisela: Iya om aku anaknya pak Bastian pemilik perusaan Mobil terkenal itu lho…
Ayah : Oh iya om ingat sekali dia itu kan temn kerja om !
Gisela : Saya juga tau om.. Papah aku kan sering cerita sama aku !
Ayah : Om nitip salam ya buat papa kamu !
Gisela : Oke om !
Ayah : Terima kasih ya, oh ya om mau kebelakang dulu ya !
Ayah : Oh ternyata kamu itu anaknya pak Bastian ya !
Gisela : Iya tante !
Joe : Wah sepertinya jemputan ku sudah datang nih ! tante aku pulang dulu ya terima kasih banyak tante, Gisela aku pulang duluan ya !
Bunda : Oh iya sama-sama hati-hati ya, lain kali main kesini lagi ya ! (melambai-lambaikan tangannya)
Gisela: Iya, hati-hati ya !
Joe : Iya tante !!! (melambai – lambaikan tangannya)

Setelah Joe pulang., mamahnya Bima bersama Gisela membicarakan kehidupannya Ikal.
Bunda Tadi anak laki-laki itu siapa namanya ?

Gisela : Oh itu namanya Ikal tante, memangnya ada apa dengan dia tante ?
Bunda : Sepertinya dia beda ya dengan kalian semua, maksudnya tante itu dia dekil seperti orang miskin !
Gisela : Emang benar tante dia itu orang miskin, aku saja malu sekelompok sama dia, dia itu bau tante ! Rumahnya saja kumuh dan kecil sekali,
Bunda : Wah menjijikan sekali , jangan sampai lah Bima bermain dengan anak itu!
Gisela : Tante, Bima itu kalau di Sekolah selalu bermain bersama Ika, kita saja udah sering bilang keBima untuk jangan bermain bersama Ikal tapi tetap saja Lucy tidak mau mendengar kata-kata aku !
Bunda : Baiklah nanti tante saja yang akan bicara dengan Bima !
Gisela : Tante itu dia jemputan ku sudah datang. Aku pulang dulu ya tante terima kasih banyak ya …
Bunda : Iya terima kasih kembali, lain kali main kesini lagi ya !! (melambai-lambaikan tangannya)


Pada malam harinya papah dan mamahnya bima memperingati
Bima untuk jangan bermain dengan Ika, tetapi Bima tidak mau mengikuti apa yang dikatakan orang tuanya.


Bunda : Bima! kemarilah ada yang ingin papah dan mamah sampaikan kepada mu !
Ayah Bima kemarilah sayang !
Bima : Iya yah! nda! ada apa ? sepertinya ada hal penting yang ingin di sampaikan kepadaku ! (berjalan menghampiri Bunda danAyah nya)
Ayah : Sini duduklah di samping Ayah !
Bima : Ada apa yah! Nda ! ?
Bunda : Kamu ingat tidak dulu mamah sudah pernah bilang kepada mu untuk tidak boleh bermain bersama anak miskin !
Bima : Jadi ini yang ingin Ayah dan Bunda sampaikan ? mengapa sih mah pah aku tidak boleh bermain berama Ika ? dia itu anak baik- baik dia juga pintar dalam segala pelajaran
Ayah : Bukan begitu Bima , bisa saja dia itu jahat , memang dia pintar dalam segala pelajaran, jadi kamu dekat dengan dia itu karena dia pintar ?
Bima : Iya juga pah, dia itu juga baik, rendah hati, tidak sombong, maka dari itu aku ingin bermain dengan dia !
Ayah : Pintar ? ayah bisa menyewa guru atau orang paling pintar untuk mengajari kamu, banyakkan teman yang lebih baik dari pada dia !
Bima : Tidak pah, dia adalah teman terbaikku !
Bunda : Cukup sudah Bima , kesabaran mamah sudah hilang, Bunda tidak mau mendengar alasan kamu lagi ! ( membentak dan berdiri dari duduknya )
Bima : Baiklah kalau mau mamah seperti itu, mamah dan papah tidak tau mana yang baik dan mana yang buruk, hanya bisa menilai orang dari kaya dan miskinnya saja !
Bunda : Beraninya kamu bicara seperti itu !! (hampir menamparBima dan sempat di tahan tangannya oleh Ayah )
Ayah : Sabar Bunda !
Bima : Tampar Bima mah silahkan ! (menangis dan sambil membentak mamahnya)
Ayah : Bima cepat kamu masuk kamar
Bima : Baiklah ! kalau itu mau mamah aku akan menurutinya, demi kebaikkanBunda. (meninggalkan Ayah dan Bundanya)


Keesokan pagi harinya di Sekolah Bima pun pada saat istirahat tidak mengobrol dan bermain bersama Ikal lagi, tetapi bermain bersama Gisela dan Joe, tetapi Bima sebenarnya terpaksa melakukan hal ini.

Bima : Gisela kita ke kantin yuk !
Gisela : Tumben kau mau bermain bersama kita! ada apa dengan mu?
Bima : Tidak apa-apa kok, memangnya aku tidak boleh bermain dengan mu?
Joe : Ya.. aneh aja biasanya kan kamu bermain bdengan Ika !
Bima : Tidak, aku tudak mau bermain dengannya lagi!
Joe : Memangnya kenapa ?
Bima : Sudah lah jangan banyak omong, aku sudah malas membicarakannya lagi !
Gisela : Hahhahaha bagus ! gue suka gaya lo !

Pada saat bermain Ikal pun menghampiri Bima, Gisela, dan Joe yang sedang asyik bermain, tetapi mereka malah mengusir

Ika : teman-teman bolehkah aku ikut bermain bersama kalian ?
Gisela: Apa iku bermin bersama kita hahaha… nyadar dong !
Ika : Memangnya ada apa dengan aku ?
Joe : Kamu udah bau, dekil, kumel, jorok, jelek mirip Sarimin topeng monyet juga masih ga nyadar ?
Ika : Aku itu salah apa sih sama kalian sampai-sampai kalian menjauhi ku ?
Gisela : masih kurang jelas juga ? (membentak Ika )
Joe : Dasar bdoh !!!
Ika : Dan kamu Bima mengapa tiba-tiba kamu menjauhi ku?
Bima : Karena…????
Ika : Mengapa Bima jawab pertanyaa ku !!!!
Gisela : Udah sana pergi !!!
Ika : Gisela aku ini berbicara dengan Bima bukan dengan kamu!
Bima : hmmm…. Kamu Tanya saja kepada mereka !!!
Ika : Bima ku mohon jawab pertanyaan aku !
Joe : Apa belum jelas apa yang udah aku omongi tadi ?
Ika : apakah semua itu benar Bima ?
Bima : sudah cepat kamu pergi! (membentak dan mendorong Ika hingga terjtuh)
Ika : Baiklah kalau itu yang kalian mau aku akan pergi !


Pada saat itu Bima sangat menyesal atas semua perbuatn yang ia lakukan pada Ika. Pada saat itu Ika ketempat yang sangat sepi dari orang-orang dia merenungkan sesuatu hal yaitu mengapa teman-temannya menjauhinya.

Ika : Mengapa teman-teman menjauhi aku ? sebenarnya salah aku itu apa ? apa karena aku miskin, jelek ? aku benar-benar tidak tau apa yang menyebabkan mereka semua menjauhi ku !! apa lagi dengan Bima tiba-tiba tanpa ada sebab dia menjauhi ku… berarti sekarang aku harus bergaul dengan orang yang selevel dengan ku, bukan bersama Lucy, Gisela, dan Joe mereka semua kan orang kaya tidak sepeti aku, yang bisanya menyusahkan orang lain saja.


Pada saat pulang Sekolah Bima bersama Keluargannya pergi bersenang-senang ke Mall membeli-membeli belanjaan sangat banyak sekali menghabiskan uang banyak sekali, sebenarnya Bima tidak suka melakukan hal ini karena dipaksa oleh orang tuanya.


Bima : Bunda kita pulan saja yuk kita sudah berbelanja barang-barang banyak sekali nih
Bunda : Iya juga sih kam tdak mau membeli apa-apa lagi nih ?
Ayah : Iya Bima kamu tidak ingin membeli apa-apa lagi ?
Bima : Sudah yah , aku tidak ingin membeli apa-apa lagi !
Ayah : Ya sudah ayo kita pulang !!!



Pada saat sampai di Rumah,Bima pun beristirahat pada saat itu mamahnya dan pembantunya sedang tidak masak untuk makan malam, akhirnya Bima pergi keluar Rumah untuk membeli makanan sendirian dan pada saat itu Bima bertemu dengan Ika yang sedang berjalan sendirian membawa buku, dan tidak sengaja mereka bertabrakan. Brukkk !!!!!!


Bima : Aduh, bagaimana sih kamu seharusnya kalau jalan tuh jangan meleng dong gimana sih !!!
Ika : Aduh maaf ya aku tidak sengaja ! (membereskan bukunya yang jatuh)
Bima : Iya tidak apa-apa kok !
Bima : aku ingin membeli makanan, kamu mau kemana ?
Ika : aku tadi habis mambawakan makanan untuk orang tia ku yang sedang berjualan, sambil membantu-membantu di sana !
Bima : Tetapi megapa kamu membawa buku ?
Ika: Oh iya tadi aku sambil membaca buku !
Bima : Wah kamu rajin sekali ya!
Ika : Tidak ah biasa sja !
Bima : Oh ya suda aku mau membeli makanan dulu ya !
Ika : Oh yasudah hati-hati ya !


Keesokan harinya sepulsang Sekolah Bima mendapakan berita buruk dari orang tuanya yaitu, ternyata perusahan yang dimiliki oleh papanya bangkrut Bima dan Keluarganya sangat sedih, sampai-sampai Rumah yang ia tempati bersam Keluargaya pun juga disegel oleh Bank, mereka tidak tau harus kemana lagi, merekapun akhirnya mengontrak disebuah rumah kecil, mamanya sangat tidak bisa menerima ini semua.

Mamah : Aku tidak menyangka bisa terjadi hal seperti ini, semua perhiasan mamah koleks-koleksi mamah yang mamah beli di luar negeripun juga di ambil oleh Bank.
Ayah : Sabar mah. Ini cobaan yang berat untuk kita!
Bima : Coba saja dulu kita menabung pada saat ini kan bisa terpakai, maksud aku itu ini, jadi pada saat krisis seperti ini bisa terpakai!
Bunda : Iya mamah sangat menyesal sekali, tapi sekarang kita ingin tinggal dimana ??
Ayah : Sudah kita cari saja kontrakan yang murah…
Bunda : Memangnya paah punya simpanan uang ?
Ayah : Alhamdulillah papa masih punya simpanan uang !


Setelah mereka mencari-mencari kontrakan akhirnya mereka mendapatkan kontrakan yang kecil dan murah. Pada keesokan harinya Lucypun Sekolah. Sesampainya di Sekolah ternyata teman-teman Bima sudah tau bahwa Keluarganya Bima jatuh miskin, dan mereka mengejek-ngejekBima .

Gisela : Eh…. Lihat… ternyata seorang anak orang kaya, sekarang sudah jatuh miskin… hahahaha
Joe : Huu… pasti orangtuanya mendadak bangkrut, karena mempunyai banyak hutang !!
Ikal : Eh… Kalian jangan begitu dong… kalian itu bukan sahabat yang baik, saat Lucy susah seharusnya kalian menghibur bukan malah mengejek !!
Gisela : Apa ?? bersahabat dengan dia ga salah denger, kapan kita bersahabat dengan dia kayanya ga pernah tuh…!!1
Lucy : Gisela… kamu jangan kaya gitu dong !!! kitakan pernah bersahabat
Joe : Aku cuman bersahabat dengan Lucy yang kaya raya, bukan Lucy yang anak miskin!
Ika : Sudah Ikal kita pergi saja tidak ada gunanya ngomong sama anak kaya raya yang sombong.

Lalu Ikal dan Bima pun pergi ke kantin…

Bima: Ika kamu kenapa membela aku ? padahalkan dulu Keluarga ku pernah mencela kmu ?
Ika : Aku tidak pernah memikirkan apa yang pernah papa dan mama kamu katakan pada ku dan lagi pula aku tau sebenarnya kamu dipaksa oleh orangtua mu untuk menjauhi aku !!!Bima : Kau memang sahabat ku yang baik !!!


Saat pulang Sekolah dan sesampainya di Rumah…!!!

Bima : Assalamualaikum !
Bunda : walaikumsalam !
Bima : Ayah kemana Nda ?
Bunda : Ayah pergi mencari pekerjaan, sudah kamu makan sana !
Bima : Iya nda
Bunda : Sayang kamu tau ga tadi Malam Bunda tidur digigit nyamuk… kamu gimana pasti kamu juga terganggu kan
Bima: Iya sih mah tapi mau bagaimana lagi, ini cobaan untuk kita tadi di SEkolah di ejek-ejek orang miskin !
Bunda: Apa ? siapa yang mengejek kamu orang misin ? kurang ajar!!
Bima : Biarkan sajalah mah…. Kitakan dulu juga bersifat seperi itu kepada orang yang kurang mampu !
Bunda: Sudahlah biarkanlah seperti itu yang lalu biarkanlah berlalu nasi telah menjadi bubur!
Bima : Ya sudah mah aku sudah lelah mau tidur dulu !!!!!!!


Pada malam hari papahnya pun datang, lalu Bundanyapun menceritakan kejadian yang telah di alami Bima di Sekolah.


Bunda : yah, tadi di Sekolah Bima diejek oleh teman-temannya oaring miskin !
Ayah: Bunda ini semua salah kita, seharusnya pada sat kita kaya dulu kita rajin menabung bukan menghambur-hamburkan uang, jadinya seperi ini deh kita susa dan tidak mempunyai uang !
Bunda : Iya yah Bunda juga menyesal atas kelakuan mamah yang sering menghambur-hamburkan uang,Bunda juga menyesal telah menghina orang miskin.
Ayah: Ya sudah lah mah..! kita menitip salam permintaan maaf saja kepada Lucy untuk Ika!

Pada saat sampai di Sekolahan, Bimapun menyampaikan kepada Ikla atas permintaan maaf dari Ayah dan Bundanya .


Bima : Ika ! aku ingin menyampaikan permintaan maaf mamah dan papah ku atas kesalahan yang telah membuat hati mu terluka !
Ika : Tidak apa-apa kok Bima. Aku sudah memaafkannya, syukurlah mereka sadar.
Bima : Terimakasih ya, kmu memang sahabat terbaik ku !


Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Ikal pun pulang, Ia melewati Rumah Joe yang ternyata kebakaran, ia pun memberitahukan pada Lucy dan Gisela atas musibah itu.

Ika : Astagfirullah Rumah Joe kebakaran… aku harus memberi tahukan pada Gisela!


Ketika menuju Rumah Gisela, ia bertemu dengan Lucy.


Lucy : Ada apa Kal ? kamu sepertinya terburu-buru sekali !!
Ikal : Ru…ru…ru.. Rumah Joe kebakaran !!
Bima : Yang benar kamu ??
Ika : Benar aku tidak bohong !
Bima : Ayo kita beri tau Gisela !

Ketika sampai di Rumah Gisela.

Ika : Assalamualaikum !!! Gisela !!!
Bima : Gisela !!!
Gisela : Ada apa sih Lucy anak miskin di bawa keRumah ku ?
Bima : Jangan begitu Gisela, kamu hargai teman mu dong !!
Ikal : Kamu jangan salah paham dong kita berdua kesini ke Rumah kamu tuh pingin beri tau doing, bahwa Rumah Joe kebakaran.
Gisela : apa ? kebakaran ?
Ika : Iya benar cepat kita ke Rumah Joe ! (lari keluar panggung )

Mereka bertiga menuju Rumah Joe. Sampai di Rumah Joe.

Joe : Ngapain kalian kesini ? kalian mau menghina ku ya, karena Rumah ku kebakaran dan menjadi orang miskin ?
Ika : Tidak kok, kami hanya ingin melihat keadaan mu saja, kamu baik-baik sajakan ?
Joe : Tidak jangan mendekat, kalian senangkan melihat aku seperti ini ?

Gisela : Kamu sabar ya, mungkin ini cobaan untuk kamu !!!
Joe : Kamu bisa bicara seperti itu ? kamu tidak merasakan apa yang kurasa sekarang ini !
Ikal : Sudahlah Joe, mungkin ini cobaan untuk kamu yng tabah ya !
Joe : Terimakasih ya atas suportnya aku minta maaf ya selama ini aku sering berbuat jahat kepada kalian berdua, aku sering menghina.
Gisela : Iya kal, aku juga mintaa maff ya aku sudah mempermalukan mu.
Ika : Sudahlah aku sudah memaafkan kalian kok, lupakan yang kemarin, kita buka lembaran baru.

Gisela : Sekarang keta berteman ya…!!!!
Ika : tentu !!!















KESABARAN
( Oleh: Yuli Astuti 2008112169 )

Awal kisah di desa haarum sari ada keluarga yang tidak harmonis. Ada sosok bayangan laki-laki berjalan menuju kesebuah rumah gubuk dari kayu, kokokan ayam yang merdu dan matahari sedikit demi sedikit meampakkan wajahnya.

Rohim : (bernyanyi dan bersiul) oh…. Mengapa…… begini…. Aju di bahu sambil mengedor-ngedor pintu, buka pintu.
Jumilah : (marah) ayah kapan ayah berubah. Ibu malu yah sama tetangga mereka selalu membicarakan ayah yang sering pulang pagi.
Rohim : (mendorong) ahhh.. bicara apa ibu ini.
Jumilah : (jatuh) (meneteskan air mata)
Rohim : sudahlah jangan cengeng seperti anak kecil saja. Dasar wanita tidak berguna, aku mau tidur awas jangan menghalangi jalannku.
Dinda : cukup ayah. Jangan buat ibu menangis lagi
Rohim : kamu anak kecil mau ikut campur urusan orang tua. Aapa mau ayah pukul seperti ibumu.
Jumilah : ayah jangan sakiti dinda. Kalau ayah mau pukul ibu saja. Dinda sudah kamu siap-siap mau sekolah jangan di ladeni ayahmu.
Rohim : sekolah yang pintar biar bisa cari duit banyak, jangan Cuma bisa menghabiskan uang orang tua saja.
Seseorang duduk diatas teras, lalu ada bayangan sosok wanita mengahampirinya.
Yanti : (senyum) kau kenapa jum sepertinya ada masalah. Cerita sama saya.
Jumilah : aku bingung kenapa hidupku begini. Aku tak berdaya bagai bunga yang selalu ada duri dimana-mana dan duri itu menusuk tubuhku. Suamiku yan dia tidak pernah berubah selalu mabukan dan berjudi, semua barang yang berharga dirumah selalu dijual demi kepuasannya.
Yanti : jadi itu masalahnya. Aku bisa merasakan apa yang kau rasakan jum. Kamu harus sabar mungkin tuhan ingin menguji kesabaranmu.
Jumilah : tapi aku tidak sanggup kalau haru sbegini terus. Aku manu seperti keluarga lainnya hidup bahagia.
Dua tahun sudah berlalu, keaannya pun masih seperti itu, rohim sering sakit-sakitan dia tidak berubah masih seperti dulu sering minumnan keras dan berjudi.

Jumilah :ayah sekarang sering sakit-sakitan, hentikan semua ini yah, nanti sakit ayah tambah parah.
Rohim : kurang ajar! Kamu beraninya menasehatiku. (ditampar)
Tiba-tiba rohim keakitan sambil memegang dada sebelah kiri.
Jumilah : ayah kenapa? Yah jawab! Ayahhhhhhhh.
Rohim : aduh, dadaku sesak.
Dokter : ibu istrinya?
Jumilah : iya dok, bagaimana keadaan suami saya dia baik-baik sajakan?
Dokter : maaf bu kami harus mengatakannya, ini kabar yang tidak baik. Apa suami ibu sering minuman keras?
Jumilah : i..i...i...iya dok. Tolong suami saya dok.
Dokter : begini, suami ibu jantungnya terbakar sudah sangat para saya tidak yakin kalau dia akan sembuh. Tapi kami akan berusaha semampu kami. Ibu berdo’a kepada Allah SWT supaya semuanya baik-baik saja.
Jumilah : ayah( menangis tersedu-sedu)
Rohim : sudah bu jangan menangis. Maafkan ayah kalau selama ini ayah sudah menyusakan ibu, ayah memang pantas dihukum.
Dinda kamu sekolah yang pintar. Jangan seperti ayah bisanya merepotkan orang saja.
Dinda : aku sayang ayah.
Rohim : ayah juga sayang dinda.

Jumilah selalu berdo’a dan tidak pernah lupa sholat, tiga bulan sudah berlalu keadaan rohim semakin membaik. Pada akhirnya dia dibolehkan pulang oleh dokter, sejak itulah rohim berubah tidak berjudi dan mabukan lagi. Hidup mereka pun bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar